Kamis, 27 Agustus 2009

Siasat Seorang Janda Untuk Bisa Kawin Dengan Pemuda Kaya

Ini adalah cerita tentang kehidupan seorang perempuan Yahudi bernama Rut, yang kisahnya secara lengkap diuraikan dalam Alkitab-Rut, Pasal 1-4. Rut adalah menantu Naomi, dimana mereka berdua tinggal serumah, tepatnya dirumah Naomi. Naomi adalah seorang janda yang ditinggal mati suaminya. Ia mempunyai dua orang anak, yang salah satunya menikah dengan Rut. Namun kedua anaknya itu meninggal dunia, sehingga Rut akhirnya berstatus janda, sama seperti Naomi, mertuanya.

Kedua janda, mertua-menantu ini, tinggal bersama-sama di Betlehem. Selama tinggal disana, Rut bekerja sebagai buruh di perkebunan milik keponakan laki-laki Naomi, bernama Boas. Boas ini adalah seorang saudagar kaya raya yang sangat ramah, murah hati, dan selalu bersikap baik terhadap para pekerjanya. Oleh karena itu, Ia menjadi sangat dihormati, dan didoakan oleh orang banyak atas segala kebaikannya.

“Jawab mereka kepadanya : “Tuhan kiranya memberkati Tuan!” (Rut 1:4)

Tak terkecuali, terhadap Rut, Boas juga sangat ramah sekali, bahkan, mungkin Rut mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan dengan pekerja lainnya. Sampai-sampai Boas berpesan kepada para pekerjanya, agar selalu melindungi Rut, dan jangan mengganggu atau mempersulit Rut dalam pekerjaannya. Keramahan Boas ini berlanjut, ketika saat waktu makan siang telah tiba, ia mengajak Rut untuk makan bersama-sama dengannya.
Perhatian Boas yang sangat baik kepada Rut itu rupanya mendapatkan tanggapan yang positif dari Naomi, mertua Rut. Ia memuji sikap Boas tersebut, sebagai berikut :

“Diberkatilah kiranya orang itu (Boas) oleh Tuhan yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati.” (Rut 2:20)

Bukan hanya memuji, Naomi juga bahkan menyuruh menantunya, Rut untuk selalu “menempel” terus kepada Boas, agar Boas dapat semakin tertarik dan menaruh hati kepadanya. Hal ini penting, karena Naomi hendak menjual tanah warisan suaminya kepada orang yang berminat. Naomi sebenarnya, meskipun tidak terlalu berharap, lebih menghendaki kalau tanahnya itu dibeli oleh kerabat dekatnya, terutama Boas. Inilah yang menyebabkan Naomi lalu sangat giat menyuruh Rut agar lebih mengakrabkan dirinya kepada Boas dengan maksud agar tanah miliknya bisa dibeli oleh Boas, sehingga tanah pusaka mereka itu tidak berganti nama, dan tetap menjadi milik keluarga.
Caranya? Naomi lalu menyuruh Rut agar merayu Boas dengan cara menyelinap diam-diam masuk ketempat tidur Boas pada waktu malam hari. Saat Boas telah tertidur, Rut disarankan oleh Naomi, agar menyingkapkan selimut Boas, dan tidur berbaring bersama-sama Boas.
Saran Naomi tersebut akhirnya dikerjakan oleh Rut. Ketika malam telah tiba, Rut yang berdandan “keren” habis lalu menyelinap masuk ke kamar Boas yang sedang tertidur dipembaringannya. Rut lalu menyingkapkan selimut Boas, dan tidur didekatnya. Perbuatan Rut ini bukanlah termasuk kategori “musuh dalam selimut”, tetapi “teman dalam berselimut”, atau istilah populernya “selimut penghangat”.

“Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya bergembira, datanglah ia untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. Kemudian datanglah perempuan itu (Rut) dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia disitu.” (Rut 3:7)

Bisa dibayangkan bagaimana terkejutnya Boas, ketika menemukan ada seorang perempuan asing yang tidur didekatnya tanpa izin.

“Pada waktu tengah malam dengan terkejut terjagalah orang itu (Boas), lalu meraba-raba ke sekelilingnya, dan ternyata ada seorang perempuan berbaring disebelah kakinya. Bertanyalah ia (Boas) : Siapakah engkau ini?” (Rut 3:8)

Tapi keterkejutan Boas itu tidak terlalu lama, karena kemudian berganti dengan perasaan senang. Mengapa begitu? Karena wanita asing yang tidur didekatnya itu adalah Rut, orang yang telah dikenalnya selama ini, ternyata bukan hanya ingin tidur didekatnya, melainkan juga menawarkan diri untuk memberikan “service” kenikmatan tubuh kepada Boas! Rut berkata :

“Aku Rut, hambamu, kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini, sebab engkaulah seorang kaum yang wajib menebus kami.” (Rut 3:9)

Mendengar penawaran yang menggairahkan setiap laki-laki itu, Boas tidak segera menerimanya dengan terburu-buru. Ia hanya berkata dan memuji perilaku “tidak terpuji” Rut tersebut, sebagai berikut :

“Diberkatilah kiranya engkau oleh Tuhan, ya anakku! ...Sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau seorang perempuan baik-baik.” (Rut 3:10-11)

Pujian “aneh” Boas itu pantas kita pertanyakan? Karena bagaimana mungkin seorang perempuan yang “keluyuran” di tengah malam lalu tidur didekat laki-laki yang bukan suaminya, disebut dengan perempuan baik-baik? Penilaian moral macam apakah itu? Tapi itulah yang terjadi, walaupun mereka kemudian tidak melakukan hubungan intim, Boas tetap membiarkan Rut tidur didekatnya.
Bagi orang-orang barat yang notabene Kristen, kelakuan Rut tersebut bukanlah hal yang mereka anggap aneh. Itu sudah biasa terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari dan cenderung dianggap sah-sah saja. Bahkan kalau perlu, bukan hanya tidur bersama, tetapi ditingkatkan menjadi “kumpul kebo” bersama. Dan, ironisnya Alkitablah yang menjadi contoh standar perilaku asusila masyarakat barat sekarang ini!
Setelah peristiwa tersebut terjadi, Boas pun lama-kelamaan menjadi tambah simpati kepada Rut, hingga akhirnya tertarik untuk membeli tanah yang akan dijual oleh Mertuanya Rut, Naomi. Tetapi rupanya keinginan Boas ini terhalang oleh seorang pembeli lain yang terlebih dahulu telah melakukan penawaran harga terhadap tanah milik Naomi tersebut. Karena itu, Boas kemudian mencari akal untuk menggagalkan minat pembeli tersebut. Caranya, Boas mengatakan kepada pembeli tersebut, jika ia (pembeli itu) mau membeli tanah Naomi itu, maka menantunya yang bernama Rut otomatis harus diambil juga olehnya, agar tanah tersebut tetap mempunyai nama pusaka atas nama Rut.
Mendengar kata-kata Boas yang cukup “cerdik” itu, maka si pembeli itu akhirnya mengurungkan niatnya untuk membeli tanah Naomi, hanya gara-gara ia tidak mau mendapatkan bonus seorang janda (Mungkin ia lebih suka perawan kali?). Padahal kalau orang di zaman sekarang mungkin tidak akan menolak, kalau tahu ia akan dapat bonus perempuan saat membeli tanah. Karena pembeli pertama tidak jadi membeli tanah Naomi, maka Boas pun yang akhirnya membeli tanah Naomi tersebut. Dan ia pun mendapatkan keuntungan ganda selain dapat memiliki tanah, ia pun juga memperoleh bonus untuk memperistri Rut, si pemilik tanah.
Keduanya kemudian menikah dan resmi menjadi suami istri. Lalu atas karunia Tuhan, mereka dianugrahi seorang anak laki-laki, yang diberi nama Obed. Menurut Alkitab, si Obed ini kelak akan menjadi Kakek dari Nabi Daud. Dan bagi orang-orang Yahudi, si Obed adalah salah seorang manusia yang termasyhur dikalangan bangsa Israel, sebab ia diberkati oleh Tuhan.
Nah, kepada para pembaca sekalian, begitulah cerita kehidupan Naomi, Rut, dan Boas yang dijadikan “teladan” dalam Alkitab. Teladan seperti apa? Entahlah! Mungkin teladan yang dimaksudkan itu adalah teladan tipu-menipu yang diperlihatkan Naomi, rayuan gombal “ala pelacur” dari Rut, dan akal licik dari Boas untuk dapat memperistri Rut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar