Kamis, 27 Agustus 2009

Pembalasan Dendam Atas Perkosaan Sikhem Terhadap Dina

“Ketika itu terlihatlah ia (Dina) oleh Sikhem, …lalu Dina itu dilarikannya dan diperkosanya.” (Kejadian 34:2)

Yakub mempunyai anak perempuan bernama Dina yang lahir lewat istrinya bernama Lea. Suatu ketika Dina pergi bermain ke tempat teman-teman perempuannya yang tinggal di negeri Kanaan. Tiba-tiba ditengah perjalanan, Dina dicegat oleh Sikhem, anak Hemor yang menjadi raja di negeri tersebut. Ia kemudian dilarikan, dan diperkosa oleh Sikhem.

“Ketika itu terlihatlah ia (Dina) oleh Sikhem, …lalu Dina itu dilarikannya dan diperkosanya.” (Kejadian 34:2)

Rupanya Sikhem mempunyai prinsip “coba dulu baru beli”. Mungkin karena barangnya cocok, setelah puas memperkosa Dina, Sikhem pun menyatakan jatuh cinta kepadanya, dan bermaksud melamar Dina untuk dijadikan istrinya. Oleh karena itu ia pun lalu membujuk bapaknya untuk datang melamar kerumah Yakub, ayah Dina.
Menanggapi peristiwa pemerkosaan tersebut, Yakub ternyata hanya diam saja dan tidak berkomentar apa-apa (Aneh ya?). Dan sebaliknya, kecaman datang dari beberapa anak laki-laki Yakub (saudara Dina) yang tidak terima atas kelakuan Sikhem yang tidak terpuji itu. Mereka merasa sakit hati dan marah sekali ketika mengetahui adik perempuan mereka diperkosa oleh Sikhem, yang nota bene bukanlah orang Yahudi. Namun begitu, mereka menyimpan dulu rasa sakit hatinya itu, dan mulai menyiapkan cara bagaimana mereka bisa melampiaskan dendam mereka tersebut kepada Sikhem dan keluarga-keluarganya.
Kesempatan itu akhirnya datang, ketika Hemor dan Sikhem datang melamar ketempat mereka (ke rumah Yakub) untuk melamar Dina, agar bisa diperistri oleh Sikhem. Untuk mensukseskan agar lamarannya tidak ditolak oleh keluarga Yakub, Sikhem memberikan penawaran kepada mereka untuk saling bertukar memilih wanita untuk dijadikan istri. Orang-orang Yahudi, keturunan Yakub, boleh dan bebas memilih perempuan mana saja dari bangsa Sikhem untuk jadikan istri. Sebaliknya, orang-orang Sikhem juga boleh dan bebas memilih wanita-wanita Yahudi untuk mereka peristri. Tawaran itu diterima dengan baik oleh anak-anak Yakub, namun dengan satu syarat, Sikhem dan orang-orang sebangsanya harus disunat terlebih dahulu.
Rupanya persyaratan anak-anak Yakub itu sebenarnya hanyalah merupakan akal licik mereka untuk bisa membunuh Sikhem dan orang-orang sebangsanya. Anak-anak Yakub ingin agar saat orang-orang Sikhem disunat ramai-ramai, nantinya mereka akan mengalami rasa sakit akibat penyunatan tersebut. Kalau semuanya sudah kesakitan, maka orang-orang Sikhem akan diserang secara mendadak dan dengan mudah dapat dibunuh oleh orang-orang Yahudi, yang diam-diam menaruh dendam atas perbuatan Sikhem yang mencemari Dina tersebut.
Dan benar saja, akhirnya penyerangan itu pun terjadi. Saat orang-orang Sikhem masih mengalami rasa sakit setelah “alat vital” mereka disunat, tiba-tiba anak-anak Yakub bersama orang-orang Yahudi lainnya datang dan mengepung negeri Sikhem. Akibatnya semua laki-laki Sikhem terbunuh dalam pembantaian yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi tersebut. Bukan hanya itu, orang-orang Yahudi juga merampas harta-benda orang-orang yang terbunuh tersebut, serta menjarah seluruh isi kotanya. Tidak lupa pula, mereka pun menculik banyak perempuan perawan dari kota tersebut untuk dijadikan tawanan.
Alhasil, dendam mereka terbalas sudah dan Dina, meskipun ia telah kehilangan keperawanannya, tapi berhasil diselamatkan oleh saudara-saudaranya. Sementara itu, Yakub hanya bisa tertegun malu dan ketakutan melihat tingkah laku anak-anaknya tersebut, dan ia hanya bisa berkata kepada mereka :

“Kamu telah mencelakakan aku dengan membusukkan namaku kepada penduduk negeri ini... Padahal kita hanya sedikit jumlahnya, apabila mereka bersekutu melawan kita, tentulah mereka akan memukul kita kalah, dan kita akan dipunahkan, aku beserta seisi rumahku.” (Kejadian 34:30)

Tetapi anak-anak Yakub yang masih belum bisa melupakan dendamnya malah menjawab :

“Habis salah mereka sendiri) mengapa adik kita diperlakukannya sebagai seorang perempuan sundal!” (Kejadian 34:31)

Setelah membaca kisah tersebut, kita menemukan kesan bahwa cerita ini hanyalah menceritakan tentang bagaimana perilaku bejat Sikhem memperkosa Dina itu, diterima begitu saja oleh keluarga Dina, terutama Yakub (ayah Dina) dengan perasaan pasrah. Sebaliknya, anak-anak Yakub malah menyikapi peristiwa pemerkosaan saudara mereka itu dengan cara berbuat kasar, anarkhi dan melakukan pembunuhan keji terhadap keluarga Sikhem. Kedua cara penyikapan yang saling bertolak belakang ini tidak ada yang bisa digunakan sebagai contoh yang baik dalam kehidupan kita. Karena tidak mungkin kita hanya bisa bersabar dan pasrah begitu saja melihat pelaku pemerkosaan terang-terangan menginjak-injak harga diri kita. Tetapi kita juga tidak mungkin tiba-tiba melakukan aksi balas dendam membabi buta, membunuh para pelaku pemerkosaan, dan juga membunuh keluarganya yang tidak bersalah.
Adapun penyikapan yang terbaik menanggapi peristiwa pemerkosaan tersebut adalah dengan cara memberikan sanksi yang pantas kepada para pelakunya sesuai aturan hukum yang berlaku, tetapi tidak dengan maksud menganiaya, melainkan harus disertai dengan sikap yang arif, adil, dan bijaksana. Namun ironisnya, Alkitab justru tidak menunjukkan hal-hal tersebut kepada para pembacanya!?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar