Kamis, 27 Agustus 2009

Seorang Anak Berpesta Seks, Memperkosa Istri-Istri Ayahnya didepan Umum

Kisah ini merupakan kelanjutan cerita sebelumnya, tepatnya dimulai pada Alkitab-2 Samuel 14:1-33, Ketika itu Absalom sedang bersembunyi, karena telah membunuh Amnon, adiknya.

Absalom takut terkena hukuman ayahnya, Daud. Meskipun pada kenyataannya, Daud tidak marah kepada Absalom, ia hanya menangis saja. Sehingga lama-kelamaan, Daud pun memberi maaf kepada Absalom dan mempersilahkan Absalom pulang kerumah.
Absalom patuh dan ia pun kembali kerumahnya, meskipun Daud sendiri masih enggan mau menemuinya. Alhasil, Absalom menjadi terkucil beberapa waktu lamanya, tapi lama-kelamaan Raja Daud akhirnya mau menemuinya, dan tidak ada lagi masalah. Artinya, keduanya sudah berdamai dan bersahabat kembali.
Namun entah karena alasan apa, tiba-tiba Absalom mulai menghasut orang-orang disekitarnya agar mau bergabung dengannya, untuk memberontak kepada Raja Daud, ayahnya. Rakyat, banyak yang tertarik dengan hasutan Absalom, termasuk seorang penasehat Daud bernama Ahitofel. Sehingga dalam waktu beberapa tahun saja, terkumpullah kekuatan massa untuk memberontak kepada raja. (Lihat 2 Samuel 15:1-12)
Mendengar kabar, Absalom dan para pengikutnya akan memberontak kepadanya, Daud dan para pengikutnya memilih tidak melawan secara terbuka, melainkan mereka keluar mengungsi secara diam-diam meninggalkan istananya yang berada di Yerussalem. Tapi anehnya, ketika mengungsi, Daud tidak membawa serta semua istrinya. Ia hanya membawa beberapa orang istrinya, dan menyisakan sebanyak 10 orang istrinya yang lain, untuk tinggal didalam istana. Setelah itu berangkatlah, Daud bersama para pengawalnya untuk mengungsi, menghindar dari serangan kaum pemberontak. (Lihat 2 Samuel 15:13-18)
Singkat cerita, para pemberontak yang dipimpin Absalom, akhirnya dengan mudah berhasil menduduki istana raja Daud di Yerusalem tanpa perlawanan. Maklumlah, istana tersebut memang telah kosong, ditinggal oleh para penghuninya, kecuali hanya dijaga oleh 10 orang istri Daud, yang “bengong” tidak berdaya. Setelah menguasai istana raja, mulailah Absalom memerintah, tapi ia bingung bagaimana caranya agar rakyat tetap mau mendukung kekuasaannya dan selalu setia kepadanya, serta tidak lagi berpihak kepada Daud. Ia lalu menoleh kepada penasehatnya yang bernama Ahitofel, dan bertanya : “Berilah nasehat, apakah yang harus kita perbuat?” (2 Samuel 16:20).
Lalu jawab Ahitofel kepada Absalom :

"Hampirilah (perkosalah) gundik-gundik ayahmu yang ditinggalkannya untuk menunggui istana. Apabila seluruh Israel mendengar, bahwa engkau telah membuat dirimu dibenci oleh ayahmu, maka segala orang yang menyertai engkau, akan dikuatkan hatinya." (2 Samuel 16:21)

Mendengar nasehat “super hot” tersebut, Absalom tidak marah, ia justru malah senang dan gembira, karena sebentar lagi ia akan berpesta seks, sehingga ia pun melakukan apa yang disarankan oleh penasehat “cabulnya” tersebut. Dan perhatikanlah apa yang dilakukan Absalom selanjutnya :

“Maka dibentangkanlah kemah bagi Absalom di atas sotoh, lalu Absalom menghampiri (memperkosa) gundik-gundik ayahnya di depan mata seluruh Israel.” (2 Samuel 16:22)

Bisa dibayangkan bagaimana “bobroknya” kelakuan Absalom tersebut diatas. Ia telah memperkosa ibunya sendiri, yakni istri dari ayahnya, dihadapan banyak orang. Kelakuan seperti itu mungkin hanya bisa kita temukan dalam dunia prostitusi di negara-negara barat, dimana pelacuran sudah terang-terangan dilakukan di depan publik dan tempat-tempat umum lainnya. Nampaknya para pelaku prostitusi di negara-negara barat banyak mengambil inspirasi perbuatan “bejat” mereka, dari mana lagi kalau bukan dari Alkitab?
Ironisnya, perbuatan “bejat” Absalom tersebut muncul gara-gara nasehat Ahitofel yang pendapatnya dinilai oleh rakyat dan raja-raja Israel, sebagai inspirasi yang berasal dari Tuhan.

“Pada waktu itu nasihat yang diberikan Ahitofel adalah sama dengan petunjuk yang dimintakan dari pada Allah.” (2 Samuel 16:23)

Tapi, apakah cerita itu benar? Tentu saja tidak! Cerita tersebut tidak lain hanyalah kebohongan dan kejahatan dari para kami yang suka memalsukan kitab suci. Padahal kita semua tahu, bahwa Daud adalah seorang nabi utusan Tuhan, dan keluarganya termasuk orang-orang yang bersih dari semua kekejian yang dituduhkan.
Orang-orang Islam memahami Daud sebagai sosok yang amat taat dalam beribadah kepada Tuhan. (Q.S. Shad:17). Ia selalu bangun ditengah malam untuk bersujud kepada Allah, dan siangnya selalu berpuasa dengan berselang-seling, sehari puasa dan sehari tidak (Tafsir Ibnu Katsir halaman 49). Daud juga seorang pahlawan yang gagah berani (Q.S. Al-Baqarah:251), serta memiliki sifat arif dan bijaksana (Q.S. Shad:20).
Pribadi Daud yang sangat mulia itu tentunya menginspirasi dan mempengaruhi perilaku para anggota keluarganya dan para pengikutnya, untuk menjadi orang-orang yang rendah hati dan ikhlas dalam menjalankan perintah agama. Sehingga akal sehat kita tidak mungkin menerima bahwa Daud dan anggota keluarganya adalah orang-orang berhati busuk, sementara mereka ternyata mempunyai kemuliaan dan kedudukan yang baik disisi Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar