Rabu, 26 Agustus 2009

AYAT-AYAT CABUL DAN PORNO DALAM INJIL

Judul tulisan tersebut diatas sangat “vulgar”, dan tak pelak lagi, mem¬buat orang yang membacanya akan merinding. Tapi memang begitulah adanya. Setidak-tidaknya hal itu menjadi tamparan dan peringatan bagi umat Kristen yang secara fanatik buta mengatakan bahwa Alkitab adalah kitab suci mereka yang berasal dari Tuhan. Paulus, sang pendiri agama Kristen, sebenarnya telah menasihati para pengikutnya, agar jangan terlalu “sembrono” dalam menilai segala sesuatu. Sebaiknya periksa dan teliti dulu kebenarannya, setelah itu baru bisa dijadikan pegangan hidup. Paulus berkata :
“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.” (1 Tesalonika 5:21)


Namun apa yang dipesankan oleh Paulus tersebut, tidak pernah didengar oleh kebanyakan para pengikutnya. Mereka malah “ngotot” bersikeras mengatakan : “Hanya dengan percaya, kamu akan diselamatkan”. Apakah kepercayaan itu benar atau tidak, umat Kristen dilarang “protes”. Mereka dituntut wajib untuk percaya. Kalau tidak, maka mereka akan terancam dilemparkan ke dalam neraka.
Ancaman yang tidak pada tempatnya tersebut, akhirnya membuat mereka ketakutan, sehingga membuat “nalar” dan pikiran menjadi tumpul. Mereka tidak bisa lagi berpikir jernih dan rasional, dan tidak bisa membedakan mana yang pantas disebut sebagai iman dan mana yang bukan. Semua ajaran Alkitab ditelan mentah-mentah dan diterima begitu saja sebagai suatu kebenaran iman. Padahal banyak orang pintar, sekelas profesor-doktor, berulangkali telah mengingatkan bahwa hampir sebagian besar ajaran Alkitab berisikan hal-hal yang tidak benar dan tidak masuk akal. Seperti Herman Bakels (1871-1954) misalnya, dalam bukunya "Nij Ketters? Ya.. Om deere Gods", hal. 119-120, lewat buku "Dialog antara Ahmadiyah dengan saksi-saksi Yehowa", hal. 83 dan 88, mengatakan :

"Hampir 30 tahun lamanya saya membaca dan meneliti Alkitab dari awal sampai akhir. Terus terang saya katakan, bahwa di Eropa, saya belum pernah mengenal sebuah kitab yang isinya lebih padat dengan hal-hal yang tidak benar dari pada Alkitab, dan dapat dikatakan bahwa hampir semua kitab-kitab dalam Alkitab itu sangat menyesatkan, memakai nama palsu, dan tidak ditulis oleh pengarang yang jelas...”

Lebih jauh, surat kabar di Ghana, yaitu Harian Times, pada tanggal 24 Juni 1964 yang dimuat oleh Harian Mercusuar Yogyakarta pada tanggal 31 Agustus 1968, pernah memberitakan seorang anggota Parlemen Inggris bernama Mr. RT. Payet, yang sempat mengusulkan kepada Pemerintah Inggris terutama kepada “The British Home Secretary”, agar melarang peredaran Alkitab. Salah satu di antara sebabnya seperti yang ia katakan sebagai berikut :

"Tidak ada di dalam sejarah satu buku yang merupakan sumber dari perbuatan-perbuatan yang brutal dan sadis selain yang terdapat dalam Alkitab ini.” (I. Sudibya Markus)

Sementara itu, pernyataan serupa yang juga sempat membuat “kuping” orang-orang Kristen Barat menjadi “merah”, datang dari seorang tokoh sastrawan terkemuka dunia, bernama : George Bernard Shaw. Ia mengatakan bahwa :

“Alkitab adalah buku yang paling berbahaya di dunia. Jagalah agar tetap tertutup rapat dan terkunci dalam laci, dan jauhkan Alkitab itu dari jangkauan anak-anak.”

Tahukah anda, mengapa George Bernard Shaw melarang anak-anak membaca Alkitab? Silahkan anda perhatikan kutipan pernyataan dari “Majalah The Plain Truth” pada tahun 1977 berikut ini :

"Membacakan cerita-cerita dari Alkitab kepada anak-anak bisa membuka kesempatan untuk mendiskusikan moral seks. Suatu Alkitab yang belum dibersihkan (belum disensor) pasti mendapat rating X dari badan sensor." (The Plain Truth, Oktober 1977)

Adanya kata-kata, “moral, seks, rating X, dan badan sensor”, dalam pernyataan tersebut diatas, dapat anda tafsirkan sendiri, apa maksudnya? Pasti anda mengerti! Jika tidak, maka kami persilahkan anda untuk terus membaca tulisan ini sampai tuntas.
Terus-terang, kami malu menuliskan artikel ini, namun demi mengungkapkan kebenaran, terpaksa kami harus melakukannya. Minimal umat Kristen mengetahui bahwa Alkitab yang mereka anggap suci itu ternyata tidak lebih hanyalah kumpulan cerita yang didalamnya banyak mengandung pesan-pesan tidak bermoral. Salah satunya berkaitan dengan masalah pornografi.
Seperti yang kita ketahui bahwa pornografi merupakan “hantu” yang sangat menakutkan di masyarakat. Betapa tidak, dampak negatif yang ditimbulkannya sangat luar biasa. Jane Brown, seorang ilmuwan dari Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan adanya korelasi signifikan antara pengaruh media porno dengan perilaku seks bebas.
Menurutnya, eksploitasi seksual dalam video klip, buku, majalah, televisi dan film-film ternyata mendorong konsumen (remaja) untuk melakukan aktivitas seks secara sembarangan di usia muda. Dengan seringnya melihat tampilan seks di media, mereka akhirnya beranggapan bahwa aktivitas seks adalah hal "biasa" yang bebas dilakukan siapa saja dan di mana saja.
Jane Brown mengambil sampel sebanyak 1.017 remaja berusia 12 sampai 14 tahun dari negara bagian North Carolina, AS. Mereka disuguhi 264 tema seks dari film, televisi, show musik, buku, dan majalah selama dua tahun berturut-turut. Hasilnya sangat mengejutkan. Remaja yang paling banyak mendapat suguhan seksual dari media cenderung melakukan aktivitas seks pada usia 14 hingga 16 tahun, dan 2,2 kali lebih tinggi ketimbang remaja lain yang lebih sedikit melihat eksploitasi seks dari media.
Maka wajar bila tingkat kehamilan luar nikah di Amerika Serikat sepuluh kali lipat lebih tinggi dibanding negara-negara maju lainnya. Penyakit menular seksual (PMS) kini menjadi ancaman serius di sana.
Kondisi inilah yang mendorong pemerintah AS mengeluarkan undang-undang yang mengatur pornografi. Aturan ini tertuang dalam Child Obscenity and Pornography Prevention Act of 2002.
Di beberapa negara maju, pemerintah setempat memberlakukan undang-undang serupa dengan meminimalisasi peredaran media pornografi. Australia misalnya, kepemilikan pornografi dianggap ilegal oleh The Australian Costums Service tahun 1995.
Di Inggris lain lagi, tindakan mengambil, memamerken atau memiliki foto tidak pantas dilarang oleh UU Protection of Children Act yang dikeluarkan pada 1978. Sedangkan di Jepang, persoalan pornografi diatur dalam Article 174 of Japanese Penal Code yang melarang dicetaknya (maaf) gambar alat kelamin orang dewasa, persenggamaan, dan rambut alat kelamin di media publik.
Dengan melihat kebijakan pemerintah negara-negara maju dalam meminimalisir peredaran media pornografi, sudah sepantasnya “Alkitab” juga termasuk salah satu media yang dilarang peredarannya untuk umum. Sebab Alkitab juga banyak memuat penggambaran seks dan pornografi, yang bahkan lebih vulgar dari media-media pornografi lainnya. Namun ironisnya, Alkitab tetap saja dicetak dan diperbanyak berulangkali diseluruh dunia, sebagai bahan bacaan wajib bagi umat Kristen.
Mungkin banyak di kalangan umat Kristen akan merasa keberatan dan menganggap tulisan ini sebagai bentuk fitnah, penodaan atau penghinaan terhadap agama mereka. Tapi percayalah, penulis tidak bermaksud menghina agama siapapun. Penulis sangat mencintai Yesus, Musa, dan Ibrahim, sebagaimana penulis mencintai Nabi Muhammad saw dan semua nabi suci lainnya dari Tuhan.
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menimbulkan pertentangan yang pahit dengan gereja dan karenanya tak berguna, tetapi hanya mengundang mereka kepada penyelidikan yang menyenangkan dan bersahabat atas masalah yang penting ini dengan semangat cinta damai dan tidak berpihak. Jika umat Kristen berhenti dari usahanya yang sia-sia untuk mengagung-agungkan Alkitab sebagai kitab suci (Firman Tuhan), dan mau mengakui kesalahan kitab suci mereka tersebut, maka mereka kelak akan dimudahkan untuk dapat menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Insya Allah.
Standar Penilaian Alkitab
Sebelum memaparkan fakta-fakta, ada baiknya kita ikuti aturan main yang disepakati gereja mengenai cara penilaian standar yang harus diberlakukan dalam menilai manfaat sebuah kitab suci. Peraturan gereja itu didasarkan pada pernyataan Paulus yang mengatakan :

“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2 Timotius 3:16)

Itu artinya, kita dapat mengetahui bahwa Firman Tuhan haruslah memiliki suatu manfaat yang mendalam bagi para pembacanya. Manfaat Firman Tuhan itu antara lain :
1. Memberikan pengajaran, nasehat, dan bimbingan;
2. Menyatakan kesalahan atau menegur orang yang berbuat salah, agar jangan mengulang kembali kesalahan yang telah terjadi;
3. Memperbaiki tingkah laku agar menjadi baik;
4. Mendidik orang agar menjadi benar.
Pertanyaannya adalah, apakah keempat unsur manfaat tersebut sudah terpenuhi dalam seluruh isi dan muatan Alkitab? Untuk itulah kita akan bersama-sama memeriksanya, apakah ayat-ayat yang kami kutip langsung dari Alkitab berikut ini, benar-benar mencerminkan salah satu unsur dari keempat manfaat tersebut diatas atau tidak? Jika tidak, maka bersiaplah untuk terkejut dan “geleng-geleng” kepala!?

3 komentar:

  1. smua tulisanmu tak BERBOBOT BROOOOOO MALU AKU SEBAGAI ORANG ISLAM

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dimana tulisannya yang tidak berbobot? Tulisannya bebobot sekali. Memang benar Injil ini bukan firman tuhan, ini semua tulisan manusia yang berhati iblis, mana ada firman tuhan yang berkata porno, sampai tidak boleh dibaca anak kecil. Kitab injil yang paling berbahaya nomer satu di dunia dibandingkan bacaan buku porno yang lainnya (ini menurut penilitian). Jadi Injil buku yang merusak akhlak manusia di dunia.

      Hapus