Kamis, 27 Agustus 2009

SKANDAL SEKS DI GEREJA VATIKAN

Adanya berbagai penggambaran adegan seks dan pornografi oleh Alkitab yang sangat “vulgar” dalam berbagai cerita tersebut, cenderung akan meracuni dan merusak pikiran para pembacanya, terutama dari kalangan anak-anak muda yang mentalnya masih rapuh. Perusakan pikiran oleh pornografi dalam Alkitab ini kemungkinan akan dapat mempengaruhi pada sikap dan perilaku.

Setelah membaca berbagai kisah cerita “mesum” tersebut, dapat kita simpulkan sementara ini, bahwa ajaran-ajaran Alkitab yang memuat tentang skandal seks para nabi dan rasul itu sangat sesat dan menyesatkan. Bisa jadi, kebanyakan umat Kristen mempercayai cerita “tidak masuk akal tersebut” sebagai sebuah wahyu dari Tuhan.
Adanya berbagai penggambaran adegan seks dan pornografi oleh Alkitab yang sangat “vulgar” dalam berbagai cerita tersebut, cenderung akan meracuni dan merusak pikiran para pembacanya, terutama dari kalangan anak-anak muda yang mentalnya masih rapuh. Perusakan pikiran oleh pornografi dalam Alkitab ini kemungkinan akan dapat mempengaruhi pada sikap dan perilaku. Ada sebuah hukum yang mengatakan bahwa : “Secara fisik Anda adalah apa yang Anda makan dan secara moral dan mental Anda adalah apa yang Anda baca!”. Artinya, orang yang telah terbiasa membaca dan mengkonsumsi pornografi dalam kesehariannya, cenderung akan meniru, atau sekurang-kurangnya mempunyai pikiran untuk melakukan apa yang telah ia baca itu.
Seperti kita ketahui bahwa negara-negara barat mayoritas penduduknya menganut agama Kristen, dan bukan rahasia lagi kalau kebanyakan masyarakatnya disana saat ini sedang mengalami degradasi nilai-nilai moral. Adanya homoseksual, pelacuran, hubungan kelamin sebelum dan di luar nikah, pelanggaran seksual, pornografi, pelecehan seksual, dan meningkatnya penyakit-penyakit kelamin, adalah sejumlah indikasi penting dari keruntuhan nilai-nilai moral di negara-negara barat. Namun ironisnya, sesuatu yang sangat berbahaya tersebut justru sering dianggap oleh masyarakat barat sebagai sesuatu hal yang normal.
Bisa jadi karena standar moral yang mereka anut itu juga berdasarkan tuntunan dan inspirasi yang mereka dapatkan dari Alkitab. Manakala Alkitab telah cenderung mentolerir suatu perbuatan zina, maka itu pula yang akan dianut oleh masyarakatnya. Sebagai contoh di negara-negara barat, laki-laki dan perempuan dewasa tidak malu untuk tidur bersama (kumpul kebo) sebelum mereka menikah, hal ini terjadi karena Alkitab memang mencontohkan cara-cara untuk melakukan kegiatan seperti itu (Lihat Alkitab-Rut, Pasal 1-4). Begitu juga ketika kita menyaksikan banyak orang-orang barat menjadi lesbian atau gay, itu karena Alkitab juga menganjurkannya. Ini dapat kita lihat dalam kasus lesbian yang menceritakan kisah “percintaan sehati Naomi dengan Rut” (Rut 1:15-20), kasus gay tentang “Laki-laki tua yang lebih bersimpati kepada tamu laki-lakinya dibanding anak perempuannya sendiri” (Hakim-Hakim 19:23-24), atau cerita tentang “berkat Tuhan” kepada masyarakat Sodom atau pelaku sodomi (Kejadian 18:26-33), yang kebanyakan orang-orangnya berperilaku homoseks (Kejadian 19:5).
Adanya dampak negatif pornografi dan cerita skandal seks dalam Alkitab ini bukan hanya mempengaruhi masyarakat awam saja, tetapi juga bahkan telah menjalar kedalam kehidupan para pemimpin gereja-gerejanya. Kalau anda pernah membaca Surat Kabar Italia La Republica yang terbit di Vatikan pada Hari Rabu, tanggal 21 Maret 2001, maka anda akan mengetahui adanya berita yang mengabarkan tentang maraknya kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan biarawati yang dilakukan oleh pastur dan uskup di gereja-gereja Katolik, dimana mereka berusaha memaksa para biarawati itu agar menggugurkan kandungannya untuk mencegah terbongkarnya skandal asusila mereka. Dalam berita itu, diinformasikan bahwa para uskup dan pendeta ternyata menggunakan otoritas agama mereka di beberapa negara, untuk melakukan hubungan seks dengan biarawati secara paksa. Hal ini terbukti dengan laporan tentang banyaknya terjadi pelecehan seksual di 23 negara, diantaranya : Amerika Serikat, Brazil, Philipina, India, Irlandia, dan Italia, bahkan di dalam gereja Katolik-Vatikan itu sendiri, juga di beberapa negara Afrika lainnya.
Berita tersebut lebih jauh mengatakan bahwa salah seorang kepala biarawati di sebuah gereja, yang sengaja tidak disebutkan namanya, menyatakan bahwa para pendeta di gereja tempatnya bekerja telah melakukan pelecehan seksual terhadap 29 biarawati yang ada dalam keuskupannya. Ketika salah seorang biarawati melaporkan permasalahan ini kepada uskup agung, maka dia pun dipecat dari pekerjaannya.
Di gereja lainnya, menurut laporan, para pendeta yang berada di sana minta disediakan biarawati untuk memenuhi nafsu seks mereka. Dalam berita itu dinyatakan, bahwa setelah kejadian tersebut terungkap, maka pihak gereja mengirim para uskup yang terlibat ke luar negeri untuk melanjutkan studi atau mengutus mereka ke gereja lain sampai batas waktu tertentu. Adapun para biarawati, yang takut pulang ke rumahnya, dipaksa untuk meninggalkan gereja, sehingga banyak dari mereka beralih profesi menjadi wanita tuna susila (pelacur). Juga dinyatakan, bahwa telah ditemukan beberapa bulan yang lalu tentang adanya jaringan para uskup dan agamawan di Vatikan, dengan berbagai macam tingkatannya, yang melakukan perilaku seks menyimpang (homoseks) dan pecandu narkoba.
Pada bulan Maret 2003, Bapa Vatikan, Paus Yohanes Paulus II pernah mengundang para pembesar gereja Katolik Roma di Amerika Serikat ke Vatikan Roma untuk membahas terbongkarnya skandal seks sebagian uskup Amerika yang mengguncang gereja di sana.
Uskup New York dan Boston yang memiliki kedudukan terbesar di gereja Amerika mendapat tekanan kuat untuk mengundurkan diri dari jabatan mereka, setelah tersebar kabar bahwa mereka berdualah yang berada di balik skandal seks yang dilakukan oleh sebagian pendeta. Uskup Milouki dituduh telah menyembunyikan informasi tentang skandal seks serupa. Kepala uskup Boston Kardinal Bernard Lu yang berumur 70 tahun juga dituduh telah mengetahui adanya beberapa uskup di keuskupannya yang melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak di bawah umur secara terus menerus, namun uskup tersebut tidak memberikan sanksi kepada mereka, malah dia hanya memindahkankannya ke keuskupan lainnya, dimana para pendeta tersebut bisa mencari korban-korban baru lainnya. Selain itu, terdapat juga skandal serupa di negara-negara bagian Amerika lainnya, seperti di St. Louis, Florida, California, Philadelphia, dan Detroit.
Sekitar 3000 pendeta menghadapi tuduhan pelecehan seksual terhadap anak-anak di bawah umur. Kardinal pun mendapat protes keras karena tidak memberikan sanksi di Boston kepada mantan pendeta John Geogon yang diyakini telah melakukan pelecehan seks terhadap 100 orang selama 20 tahun, malah dia hanya dipindahkan ke keuskupan lain. Skandal seks gereja tersebut menghabiskan biaya yang sangat besar mencapai milyaran dolar untuk berdamai di luar pengadilan di beberapa kasus. Juga dinyatakan bahwa beberapa keuskupan dinyatakan bangkrut disebabkan oleh adanya skandal seks tersebut.
Ironisnya, para pastor dan pendeta tidak malu-malu melakukan perbuatan “keji” tersebut dibalik jubah “suci” yang mereka kenakan dihadapan umat. Sebagai orang-orang yang dianggap suci oleh jemaatnya, mereka ternyata mempunyai perilaku seperti “binatang”, bahkan lebih buruk dari itu. Jadi, bagaimana mungkin para pendeta yang “suci” dan “bertakwa” itu minta disediakan biarawati untuk memenuhi nafsu seks mereka? Benar-benar sangat tidak bermoral!
Read More......

Tuhan Melindungi Para Laki-Laki yang Memperkosa Gadis

“Apabila seseorang bertemu dengan seorang gadis yang masih perawan dan belum bertunangan, lalu ia memaksa gadis itu tidur dengannya, dan keduanya kedapatan melakukan itu, maka laki-laki yang meniduri gadis tersebut harus memberikan lima puluh syikal perak kepada ayah gadis itu, dan gadis itu haruslah menjadi istrinya, sebab laki-laki itu telah memperkosanya, dan setelah mereka menikah, laki-laki itu tidak boleh menceraikannya.” (Ulangan 22:28-29)

Seperti kita ketahui bahwa dalam Tuhan dalam Alkitab telah memberikan berbagai macam pilihan atau alternatif bentuk hukuman bagi para pelaku zina, mulai dari hukuman dilempari batu sampai mati, hukuman congkel mata, sampai hukuman balas-ganti memperkosa. Kalau anda seorang pelaku perzinahan, maka sudah pasti anda tidak akan suka dengan ketiga macam bentuk pilihan hukuman tersebut. Ketiga bentuk hukuman tersebut sangat mengerikan dan menakutkan bagi para pelaku zina.
Jika boleh memilih, adakah alternatif hukuman lain yang lebih ringan untuk menggantikan ketiga hukuman yang sangat berat tersebut diatas? Jawabannya : ada! Penasaran mau tahu? Mari kita buka Alkitab berikut ini :

“Apabila seseorang bertemu dengan seorang gadis yang masih perawan dan belum bertunangan, lalu ia memaksa gadis itu tidur dengannya, dan keduanya kedapatan melakukan itu, maka laki-laki yang meniduri gadis tersebut harus memberikan lima puluh syikal perak kepada ayah gadis itu, dan gadis itu haruslah menjadi istrinya, sebab laki-laki itu telah memperkosanya, dan setelah mereka menikah, laki-laki itu tidak boleh menceraikannya.” (Ulangan 22:28-29)

Bagi para pelaku atau yang berniat melakukan pemerkosaan, ayat Alkitab tersebut diatas, tentu akan menjadi inspirasi tambahan buat mereka untuk melakukan aksi “bejatnya” disana-sini. Sebab hukuman bagi para pelaku pemerkosaan ternyata sangat ringan, karena hanya cukup membayar denda kepada orangtua gadis yang diperkosa dan mengawini gadis tersebut, maka bebaslah ia dari kesalahan. Bagi orang yang mau berpikir, hukuman denda bagi para pelaku pemerkosaan itu terlihat sangat tidak adil bagi keluarga korban pemerkosaan. Seolah-olah gadis yang menjadi korban itu disamakan dengan pelacur yang bisa dibeli dengan uang, dimana orangtuanya tidak boleh protes atau lapor ke polisi. Aturan “konyol” seperti apakah itu?
Read More......

Tuhan Menyuruh Orang-Orang Meniduri Istri Orang yang Terhukum di Depan Umum

Umat Kristen sebenarnya telah mengetahui bahwa Alkitab mereka sudah mengatur bentuk hukuman yang pantas diberikan kepada para pezina. Biasanya hukuman itu berbentuk hukuman razam dengan cara, para pezina dilempari batu hingga “babak belur” sampai mati. (Lihat Yohanes 8:7) Bahkan, jangankan berzina, melirik perempuan saja juga berat hukumannya, yakni hukuman congkel mata. (Lihat Matius 5:29)

Namun demikian, tahukah anda, ternyata ada alternatif hukuman lain yang bisa dijatuhkan kepada para pelaku perzinahan. Hukuman itu berupa hukuman balas dendam. Jika anda seorang suami yang telah memperkosa istri orang lain, maka anda akan diberi hukuman balasan yang sama oleh Tuhan, yakni istri anda harus diperkosa gantian oleh suami yang istrinya telah anda perkosa lebih dulu atau boleh diganti dengan laki-laki lain. Mengenai tempat pelaksanaan hukuman, harus dilakukan diruang terbuka. Artinya, adegan pemerkosaan harus ditonton oleh orang banyak. Hukuman “model baru” dari Tuhan ini dapat kita lihat sebagai berikut :

“…Aku (Tuhan) akan mengambil istri-istrimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur (berhubungan badan) dengan istri-istrimu di siang hari. Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi (dengan Istri orang lain), tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan." (2 Samuel 12:11-12)

Apakah ada yang berminat ingin menonton?
Read More......

Tuhan Menyuruh Seseorang Agar Mencintai dan Mengawini Pelacur

“Ketika Tuhan mulai berbicara dengan perantaraan Hosea, berfirmanlah Ia kepada Hosea: Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal…” (Hosea 1:2)

Seandainya para pelacur, WTS (Wanita Tuna Susila), PSK (Pekerja Seks Komersial), dan yang sejenisnya itu mengetahui akan adanya perintah Tuhan kepada manusia untuk mencintai dan mengawini mereka, tentu mereka akan merasa sangat senang sekali. Itu artinya mereka tidak akan lagi dianggap sebagai sampah masyarakat, karena Tuhan telah mengangkat derajat mereka dengan memilihkan jodoh laki-laki yang baik, alim dan terhormat untuk dijadikan sebagai suami-suami mereka.
Perintah “konyol” Tuhan tersebut dapat dilihat dalam kitab paling “ngawur” yang bernama Alkitab, berikut ini :

“Ketika Tuhan mulai berbicara dengan perantaraan Hosea, berfirmanlah Ia kepada Hosea: Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal…” (Hosea 1:2)

“Berfirmanlah Tuhan kepadaku : “Pergilah lagi, cintailah perempuan yang suka bersundal dan berzinah…” (Hosea 3:1)

Dapat dibayangkan, bagaimana “gegernya” kompleks lokalisasi WTS di Dolly Surabaya nantinya jika mengetahui adanya perintah Tuhan yang sangat menguntungkan bagi para pelacur wanita. Oleh karena itu, sepantasnya umat Kristen merasa malu untuk membaca firman Tuhan yang “tidak bermoral” tersebut.
Read More......

PUISI EROTIS DAN RANGSANGAN SEKSUAL DALAM KIDUNG AGUNG

“Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau! Bagaikan merpati matamu… Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu, dan elok mulutmu. Bagaikan belahan buah delima pelipismu… Lehermu seperti menara Daud… Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang… Engkau cantik sekali, manisku, tidak ada cacat cela padamu… Turunlah kepadaku… Pengantinku… Datanglah kepadaku… Engkau mendebarkan hatiku, dinda, pengantinku, engkau mendebarkan hati dengan satu kejapan mata… Betapa nikmat kasihmu, dinda, pengantinku! Jauh lebih nikmat cintamu daripada anggur, dan lebih harum bau minyakmu… Bibirmu meneteskan madu… dan susu ada dibawah lidahmu… dan bau pakaianmu…Dinda pengantinku…” (Kidung Agung 4:1-12)

Kidung Agung adalah salah satu kitab terpilih dalam Alkitab yang memuat berbagai ungkapan-ungkapan syair, puisi, dan nyanyian. Konon katanya, Kidung Agung ini dulunya diciptakan langsung oleh Salomo berdasarkan ilham Tuhan yang ia peroleh. Dengan demikian, Kidung Agung, oleh umat Kristen termasuk dalam kategori ayat-ayat suci yang berasal dari Firman Tuhan.
Namun sejauh mana letak kesuciannya? Mari kita buktikan, apakah Kidung Agung ini sebuah ayat suci (Firman Tuhan) atau bukan? Beberapa contoh kutipan ayat-ayat Kidung Agung dibawah ini akan mengajak anda untuk berpikir dan menilai sejauh mana kesucian dari Kidung Agung tersebut.

“Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat daripada anggur…” (Kidung Agung 1:1-2)

“Bagiku kekasihku, bagaikan sebungkus mur, tersisip di antara buah dadaku.” (Kidung Agung 1:13)

“Diatas ranjangku pada malam hari kucari jantung hatiku…” (Kidung Agung 3:1)

“…Kutemui jantung hatiku, kupegang dan tak kulepaskan dia, sampai kubawa ia kerumah ibuku ke kamar orang yang melahirkan aku…” (Kidung Agung 3:4)

“Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau! Bagaikan merpati matamu… Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu, dan elok mulutmu. Bagaikan belahan buah delima pelipismu… Lehermu seperti menara Daud… Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang… Engkau cantik sekali, manisku, tidak ada cacat cela padamu… Turunlah kepadaku… Pengantinku… Datanglah kepadaku… Engkau mendebarkan hatiku, dinda, pengantinku, engkau mendebarkan hati dengan satu kejapan mata… Betapa nikmat kasihmu, dinda, pengantinku! Jauh lebih nikmat cintamu daripada anggur, dan lebih harum bau minyakmu… Bibirmu meneteskan madu… dan susu ada dibawah lidahmu… dan bau pakaianmu…Dinda pengantinku…” (Kidung Agung 4:1-12)

“…Makanlah teman-teman, minumlah, minumlah sampai mabuk cinta! Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Dengarlah kekasihku mengetuk, ‘Bukalah pintu, dinda manisku, merpati idamanku…’ Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula? Kekasihku memasukkan tangannya melalui lobang pintu, berdebar-debar hatiku. Aku bangun untuk membuka pintu bagi kekasihku…” (Kidung Agung 5:1-5)

“Betapa indah langkah-langkahmu…, puteri yang berwatak luhur! Lengkung pinggangmu bagaikan perhiasan… Pusarmu seperti cawan yang bulat… Perutmu bagaikan timbunan gandum… Seperti dua anak rusa buah dadamu… Lehermu bagaikan menara gading, matamu bagaikan telaga… hidungmu seperti menara… Kepalamu seperti bukit Karmel, rambut kepalamu merah lembayung; seorang raja tertawan dalam kepang-kepangnya. Betapa cantik, betapa jelita engkau, hai tercinta di antara segala yang disenangi. Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dadamu gugusannya. Kataku : "Aku ingin memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan-gugusannya. Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan nafas hidungmu seperti buah apel. Kata-katamu manis bagaikan anggur!" Ya, anggur itu mengalir kepada kekasihku dengan tak putus-putusnya, melimpah ke bibir orang-orang yang sedang tidur! Kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju. Mari, kekasihku, kita pergi ke padang, bermalam di antara bunga-bunga pacar! Mari, kita pergi pagi-pagi ke kebun anggur dan melihat apakah pohon anggur sudah berkuncup, apakah sudah mekar bunganya, apakah pohon-pohon delima sudah berbunga! Di sanalah aku akan memberikan cintaku kepadamu! Semerbak bau buah dudaim; dekat pintu kita ada pelbagai buah-buah yang lezat, yang telah lama dan yang baru saja dipetik. Itu telah kusimpan bagimu, kekasihku!” (Kidung Agung 7:1-13)

“O, seandainya engkau saudaraku laki-laki, yang menyusu pada buah dada ibuku, akan kucium engkau bila kujumpai diluar…” (Kidung Agung 8:1)

“Kami mempunyai seorang adik perempuan, yang belum mempunyai buah dada…” (Kidung Agung 8:1)

“Aku adalah suatu tembok dan buah dadaku bagaikan menara.” (Kidung Agung 8:10)

Nah, bagaimana anda mengomentari ayat-ayat Kidung Agung tersebut diatas? Apakah ia termasuk dalam kategori firman Tuhan ataukah firman cabul? Kalau ia bukan firman Tuhan, maka sebaiknya kita sebut saja ia dengan judul “puisi erotis“ atau “nafsu birahi” atau “rangsangan seks”! Bagaimana?
Read More......

Pembalasan Dendam Atas Perkosaan Sikhem Terhadap Dina

“Ketika itu terlihatlah ia (Dina) oleh Sikhem, …lalu Dina itu dilarikannya dan diperkosanya.” (Kejadian 34:2)

Yakub mempunyai anak perempuan bernama Dina yang lahir lewat istrinya bernama Lea. Suatu ketika Dina pergi bermain ke tempat teman-teman perempuannya yang tinggal di negeri Kanaan. Tiba-tiba ditengah perjalanan, Dina dicegat oleh Sikhem, anak Hemor yang menjadi raja di negeri tersebut. Ia kemudian dilarikan, dan diperkosa oleh Sikhem.

“Ketika itu terlihatlah ia (Dina) oleh Sikhem, …lalu Dina itu dilarikannya dan diperkosanya.” (Kejadian 34:2)

Rupanya Sikhem mempunyai prinsip “coba dulu baru beli”. Mungkin karena barangnya cocok, setelah puas memperkosa Dina, Sikhem pun menyatakan jatuh cinta kepadanya, dan bermaksud melamar Dina untuk dijadikan istrinya. Oleh karena itu ia pun lalu membujuk bapaknya untuk datang melamar kerumah Yakub, ayah Dina.
Menanggapi peristiwa pemerkosaan tersebut, Yakub ternyata hanya diam saja dan tidak berkomentar apa-apa (Aneh ya?). Dan sebaliknya, kecaman datang dari beberapa anak laki-laki Yakub (saudara Dina) yang tidak terima atas kelakuan Sikhem yang tidak terpuji itu. Mereka merasa sakit hati dan marah sekali ketika mengetahui adik perempuan mereka diperkosa oleh Sikhem, yang nota bene bukanlah orang Yahudi. Namun begitu, mereka menyimpan dulu rasa sakit hatinya itu, dan mulai menyiapkan cara bagaimana mereka bisa melampiaskan dendam mereka tersebut kepada Sikhem dan keluarga-keluarganya.
Kesempatan itu akhirnya datang, ketika Hemor dan Sikhem datang melamar ketempat mereka (ke rumah Yakub) untuk melamar Dina, agar bisa diperistri oleh Sikhem. Untuk mensukseskan agar lamarannya tidak ditolak oleh keluarga Yakub, Sikhem memberikan penawaran kepada mereka untuk saling bertukar memilih wanita untuk dijadikan istri. Orang-orang Yahudi, keturunan Yakub, boleh dan bebas memilih perempuan mana saja dari bangsa Sikhem untuk jadikan istri. Sebaliknya, orang-orang Sikhem juga boleh dan bebas memilih wanita-wanita Yahudi untuk mereka peristri. Tawaran itu diterima dengan baik oleh anak-anak Yakub, namun dengan satu syarat, Sikhem dan orang-orang sebangsanya harus disunat terlebih dahulu.
Rupanya persyaratan anak-anak Yakub itu sebenarnya hanyalah merupakan akal licik mereka untuk bisa membunuh Sikhem dan orang-orang sebangsanya. Anak-anak Yakub ingin agar saat orang-orang Sikhem disunat ramai-ramai, nantinya mereka akan mengalami rasa sakit akibat penyunatan tersebut. Kalau semuanya sudah kesakitan, maka orang-orang Sikhem akan diserang secara mendadak dan dengan mudah dapat dibunuh oleh orang-orang Yahudi, yang diam-diam menaruh dendam atas perbuatan Sikhem yang mencemari Dina tersebut.
Dan benar saja, akhirnya penyerangan itu pun terjadi. Saat orang-orang Sikhem masih mengalami rasa sakit setelah “alat vital” mereka disunat, tiba-tiba anak-anak Yakub bersama orang-orang Yahudi lainnya datang dan mengepung negeri Sikhem. Akibatnya semua laki-laki Sikhem terbunuh dalam pembantaian yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi tersebut. Bukan hanya itu, orang-orang Yahudi juga merampas harta-benda orang-orang yang terbunuh tersebut, serta menjarah seluruh isi kotanya. Tidak lupa pula, mereka pun menculik banyak perempuan perawan dari kota tersebut untuk dijadikan tawanan.
Alhasil, dendam mereka terbalas sudah dan Dina, meskipun ia telah kehilangan keperawanannya, tapi berhasil diselamatkan oleh saudara-saudaranya. Sementara itu, Yakub hanya bisa tertegun malu dan ketakutan melihat tingkah laku anak-anaknya tersebut, dan ia hanya bisa berkata kepada mereka :

“Kamu telah mencelakakan aku dengan membusukkan namaku kepada penduduk negeri ini... Padahal kita hanya sedikit jumlahnya, apabila mereka bersekutu melawan kita, tentulah mereka akan memukul kita kalah, dan kita akan dipunahkan, aku beserta seisi rumahku.” (Kejadian 34:30)

Tetapi anak-anak Yakub yang masih belum bisa melupakan dendamnya malah menjawab :

“Habis salah mereka sendiri) mengapa adik kita diperlakukannya sebagai seorang perempuan sundal!” (Kejadian 34:31)

Setelah membaca kisah tersebut, kita menemukan kesan bahwa cerita ini hanyalah menceritakan tentang bagaimana perilaku bejat Sikhem memperkosa Dina itu, diterima begitu saja oleh keluarga Dina, terutama Yakub (ayah Dina) dengan perasaan pasrah. Sebaliknya, anak-anak Yakub malah menyikapi peristiwa pemerkosaan saudara mereka itu dengan cara berbuat kasar, anarkhi dan melakukan pembunuhan keji terhadap keluarga Sikhem. Kedua cara penyikapan yang saling bertolak belakang ini tidak ada yang bisa digunakan sebagai contoh yang baik dalam kehidupan kita. Karena tidak mungkin kita hanya bisa bersabar dan pasrah begitu saja melihat pelaku pemerkosaan terang-terangan menginjak-injak harga diri kita. Tetapi kita juga tidak mungkin tiba-tiba melakukan aksi balas dendam membabi buta, membunuh para pelaku pemerkosaan, dan juga membunuh keluarganya yang tidak bersalah.
Adapun penyikapan yang terbaik menanggapi peristiwa pemerkosaan tersebut adalah dengan cara memberikan sanksi yang pantas kepada para pelakunya sesuai aturan hukum yang berlaku, tetapi tidak dengan maksud menganiaya, melainkan harus disertai dengan sikap yang arif, adil, dan bijaksana. Namun ironisnya, Alkitab justru tidak menunjukkan hal-hal tersebut kepada para pembacanya!?
Read More......

Siasat Seorang Janda Untuk Bisa Kawin Dengan Pemuda Kaya

Ini adalah cerita tentang kehidupan seorang perempuan Yahudi bernama Rut, yang kisahnya secara lengkap diuraikan dalam Alkitab-Rut, Pasal 1-4. Rut adalah menantu Naomi, dimana mereka berdua tinggal serumah, tepatnya dirumah Naomi. Naomi adalah seorang janda yang ditinggal mati suaminya. Ia mempunyai dua orang anak, yang salah satunya menikah dengan Rut. Namun kedua anaknya itu meninggal dunia, sehingga Rut akhirnya berstatus janda, sama seperti Naomi, mertuanya.

Kedua janda, mertua-menantu ini, tinggal bersama-sama di Betlehem. Selama tinggal disana, Rut bekerja sebagai buruh di perkebunan milik keponakan laki-laki Naomi, bernama Boas. Boas ini adalah seorang saudagar kaya raya yang sangat ramah, murah hati, dan selalu bersikap baik terhadap para pekerjanya. Oleh karena itu, Ia menjadi sangat dihormati, dan didoakan oleh orang banyak atas segala kebaikannya.

“Jawab mereka kepadanya : “Tuhan kiranya memberkati Tuan!” (Rut 1:4)

Tak terkecuali, terhadap Rut, Boas juga sangat ramah sekali, bahkan, mungkin Rut mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan dengan pekerja lainnya. Sampai-sampai Boas berpesan kepada para pekerjanya, agar selalu melindungi Rut, dan jangan mengganggu atau mempersulit Rut dalam pekerjaannya. Keramahan Boas ini berlanjut, ketika saat waktu makan siang telah tiba, ia mengajak Rut untuk makan bersama-sama dengannya.
Perhatian Boas yang sangat baik kepada Rut itu rupanya mendapatkan tanggapan yang positif dari Naomi, mertua Rut. Ia memuji sikap Boas tersebut, sebagai berikut :

“Diberkatilah kiranya orang itu (Boas) oleh Tuhan yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati.” (Rut 2:20)

Bukan hanya memuji, Naomi juga bahkan menyuruh menantunya, Rut untuk selalu “menempel” terus kepada Boas, agar Boas dapat semakin tertarik dan menaruh hati kepadanya. Hal ini penting, karena Naomi hendak menjual tanah warisan suaminya kepada orang yang berminat. Naomi sebenarnya, meskipun tidak terlalu berharap, lebih menghendaki kalau tanahnya itu dibeli oleh kerabat dekatnya, terutama Boas. Inilah yang menyebabkan Naomi lalu sangat giat menyuruh Rut agar lebih mengakrabkan dirinya kepada Boas dengan maksud agar tanah miliknya bisa dibeli oleh Boas, sehingga tanah pusaka mereka itu tidak berganti nama, dan tetap menjadi milik keluarga.
Caranya? Naomi lalu menyuruh Rut agar merayu Boas dengan cara menyelinap diam-diam masuk ketempat tidur Boas pada waktu malam hari. Saat Boas telah tertidur, Rut disarankan oleh Naomi, agar menyingkapkan selimut Boas, dan tidur berbaring bersama-sama Boas.
Saran Naomi tersebut akhirnya dikerjakan oleh Rut. Ketika malam telah tiba, Rut yang berdandan “keren” habis lalu menyelinap masuk ke kamar Boas yang sedang tertidur dipembaringannya. Rut lalu menyingkapkan selimut Boas, dan tidur didekatnya. Perbuatan Rut ini bukanlah termasuk kategori “musuh dalam selimut”, tetapi “teman dalam berselimut”, atau istilah populernya “selimut penghangat”.

“Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya bergembira, datanglah ia untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. Kemudian datanglah perempuan itu (Rut) dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia disitu.” (Rut 3:7)

Bisa dibayangkan bagaimana terkejutnya Boas, ketika menemukan ada seorang perempuan asing yang tidur didekatnya tanpa izin.

“Pada waktu tengah malam dengan terkejut terjagalah orang itu (Boas), lalu meraba-raba ke sekelilingnya, dan ternyata ada seorang perempuan berbaring disebelah kakinya. Bertanyalah ia (Boas) : Siapakah engkau ini?” (Rut 3:8)

Tapi keterkejutan Boas itu tidak terlalu lama, karena kemudian berganti dengan perasaan senang. Mengapa begitu? Karena wanita asing yang tidur didekatnya itu adalah Rut, orang yang telah dikenalnya selama ini, ternyata bukan hanya ingin tidur didekatnya, melainkan juga menawarkan diri untuk memberikan “service” kenikmatan tubuh kepada Boas! Rut berkata :

“Aku Rut, hambamu, kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini, sebab engkaulah seorang kaum yang wajib menebus kami.” (Rut 3:9)

Mendengar penawaran yang menggairahkan setiap laki-laki itu, Boas tidak segera menerimanya dengan terburu-buru. Ia hanya berkata dan memuji perilaku “tidak terpuji” Rut tersebut, sebagai berikut :

“Diberkatilah kiranya engkau oleh Tuhan, ya anakku! ...Sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau seorang perempuan baik-baik.” (Rut 3:10-11)

Pujian “aneh” Boas itu pantas kita pertanyakan? Karena bagaimana mungkin seorang perempuan yang “keluyuran” di tengah malam lalu tidur didekat laki-laki yang bukan suaminya, disebut dengan perempuan baik-baik? Penilaian moral macam apakah itu? Tapi itulah yang terjadi, walaupun mereka kemudian tidak melakukan hubungan intim, Boas tetap membiarkan Rut tidur didekatnya.
Bagi orang-orang barat yang notabene Kristen, kelakuan Rut tersebut bukanlah hal yang mereka anggap aneh. Itu sudah biasa terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari dan cenderung dianggap sah-sah saja. Bahkan kalau perlu, bukan hanya tidur bersama, tetapi ditingkatkan menjadi “kumpul kebo” bersama. Dan, ironisnya Alkitablah yang menjadi contoh standar perilaku asusila masyarakat barat sekarang ini!
Setelah peristiwa tersebut terjadi, Boas pun lama-kelamaan menjadi tambah simpati kepada Rut, hingga akhirnya tertarik untuk membeli tanah yang akan dijual oleh Mertuanya Rut, Naomi. Tetapi rupanya keinginan Boas ini terhalang oleh seorang pembeli lain yang terlebih dahulu telah melakukan penawaran harga terhadap tanah milik Naomi tersebut. Karena itu, Boas kemudian mencari akal untuk menggagalkan minat pembeli tersebut. Caranya, Boas mengatakan kepada pembeli tersebut, jika ia (pembeli itu) mau membeli tanah Naomi itu, maka menantunya yang bernama Rut otomatis harus diambil juga olehnya, agar tanah tersebut tetap mempunyai nama pusaka atas nama Rut.
Mendengar kata-kata Boas yang cukup “cerdik” itu, maka si pembeli itu akhirnya mengurungkan niatnya untuk membeli tanah Naomi, hanya gara-gara ia tidak mau mendapatkan bonus seorang janda (Mungkin ia lebih suka perawan kali?). Padahal kalau orang di zaman sekarang mungkin tidak akan menolak, kalau tahu ia akan dapat bonus perempuan saat membeli tanah. Karena pembeli pertama tidak jadi membeli tanah Naomi, maka Boas pun yang akhirnya membeli tanah Naomi tersebut. Dan ia pun mendapatkan keuntungan ganda selain dapat memiliki tanah, ia pun juga memperoleh bonus untuk memperistri Rut, si pemilik tanah.
Keduanya kemudian menikah dan resmi menjadi suami istri. Lalu atas karunia Tuhan, mereka dianugrahi seorang anak laki-laki, yang diberi nama Obed. Menurut Alkitab, si Obed ini kelak akan menjadi Kakek dari Nabi Daud. Dan bagi orang-orang Yahudi, si Obed adalah salah seorang manusia yang termasyhur dikalangan bangsa Israel, sebab ia diberkati oleh Tuhan.
Nah, kepada para pembaca sekalian, begitulah cerita kehidupan Naomi, Rut, dan Boas yang dijadikan “teladan” dalam Alkitab. Teladan seperti apa? Entahlah! Mungkin teladan yang dimaksudkan itu adalah teladan tipu-menipu yang diperlihatkan Naomi, rayuan gombal “ala pelacur” dari Rut, dan akal licik dari Boas untuk dapat memperistri Rut.
Read More......

Ester Menang Dalam Kontes Kecantikan “Miss Ahassyweros”

Anda tentu sering mendengar dan melihat berbagai kontes kecantikan yang diadakan oleh masyarakat modern sekarang ini, mulai dari kontes Miss Word, Miss America, Kontes Putri Indonesia, Pemilihan Ratu Waria, Putri Kampus, Putri Kuntilanak, dan lain sebagainya. Namun tahukah anda, ternyata kontes semacam itu telah dipromosikan lebih dulu oleh Alkitab.

Dan rupanya oleh masyarakat barat, promosi Alkitab tentang kontes kecantikan itu, mereka sebar-luaskan secara gencar melalui media massa, dengan merubah kemasannya menjadi lebih terkesan agak “terhormat”, meskipun tujuannya tetap sama.
Maksudnya? Begini, menurut Alkitab, kontes kecantikan itu dulunya diadakan dengan dalih untuk mencari seorang ratu terbaik yang akan diperistri oleh seorang raja. Ceritanya, dulu ada seorang Raja Persia bernama Ahassyweros, yang menguasai 27 wilayah yang tersebar mulai dari India hingga ke Ethiopia (Afrika). Pada suatu waktu, Raja Ahassyweros mengadakan perjamuan pesta yang sangat mewah untuk merayakan kebesaran dan kehebatan kerajaannya. Seluruh orang Persia, baik yang terkenal dan tidak terkenal, mulai dari pejabat, pendeta, artis-selebritis, para pegawai, tentara, hingga rakyat biasa diundang untuk berpesta bersama-sama dengan raja selama + 187 hari. Ketika merayakan pesta, para tamu diberikan kebebasan seluas-luasnya, bahkan sampai “teler” sekalipun juga boleh, untuk bisa menikmati suguhan yang dihidangkan oleh raja.
Pada hari terakhir pesta, puncak kemeriahan pun terjadi. Raja Ahassyweros dan para tamunya terlihat sedang bersenang-senang merayakan pesta sambil bermabuk-mabukan. Dan dalam kondisi seperti itu, Raja Ahassyweros kemudian memanggil istrinya atau ratunya yang bernama Wasti untuk datang kepadanya. Ia lalu memerintahkan agar sang istri mau dalam beberapa menit saja, berjalan berlenggak-lenggok diatas panggung untuk memamerkan kecantikan wajah dan tubuhnya kepada para tamu undangan. Tetapi, Ratu Wasti menolak untuk menghadap, sehingga menimbulkan kemarahan raja.
Gara-gara penolakan Wasti itu, Raja Ahassyweros lalu menceraikan Wasti dan mencopot gelar ratu yang disandangnya dan kemudian akan diberikan kepada wanita lain yang lebih baik dan mau menurut kepada raja. Pencopotan gelar tersebut dituangkan dalam surat keputusan raja, sebagai berikut :

“…Bahwa Wasti dilarang menghadap Raja Ahassyweros, dan bahwa raja akan mengaruniakan kedudukannya sebagai ratu kepada orang lain yang lebih baik dari padanya.” (Ester 1:19)

Sangat kelihatan sekali adanya sikap kekanak-kanakan dari Raja Ahassyweros dalam surat keputusannya tersebut. Hanya gara-gara penolakan istrinya yang takut untuk berbuat dosa itu, sang raja tidak senang dan malah mencampakkannya. Itulah salah satu ciri suami yang tidak pantas dijadikan teladan dalam rumah tangga.
Hilangnya Wasti dari istana, menyebabkan Raja Ahassyweros tidak memiliki ratu lagi, sehingga para penasehatnya kemudian menyarankan kepada Raja Ahassyweros, agar ia segera mencari pengganti Wasti. Usulan ini diterima dengan baik oleh Raja Ahassyweros, dan mulailah dibentuk panitia untuk menyeleksi gadis-gadis yang mau mendaftar untuk mengikuti kontes “Miss Ahassyweros” atau Ratu Ahassyweros.
Kontes Miss Ahassyweros yang akan diselenggarakan Raja Ahassyweros dari Persia itu ternyata mendapat sambutan yang meriah dari para gadis dan janda-janda muda yang masih cantik di seantero negeri. Mereka sangat antusias dan beramai-ramai mendaftarkan diri, tak terkecuali, Ester, seorang wanita cantik berkebangsaan Yahudi juga ikut mendaftar. Ia (Ester) mendaftar ditemani oleh sepupunya yang bernama Mordekhai. Sebelum mendaftar, Ester dipesan oleh sepupunya, agar jangan sekali-kali memberitahukan asal-usul dan identitas kewarganegaraannya kepada panitia. Sebab jika panitia mengetahui ada orang Yahudi yang ikut dalam lomba yang mereka adakan, maka si Yahudi itu pasti akan dihukum berat. Maklum, orang-orang Yahudi dulunya dijajah dan diperbudak oleh orang-orang Persia, sehingga mereka harus diposisikan sebagai musuh yang mesti diwaspadai setiap saat oleh bangsa Persia.
Alhasil, Ester pun akhirnya terdaftar sebagai peserta setelah ia berhasil mengelabui panitia dengan identitas palsunya. Panitia kemudian menyeleksi mereka secara ketat, bahkan pakai ujian psikotes segala. Dan hasilnya, terpilihlah beberapa wanita-wanita cantik, termasuk Ester, yang berhak diikutsertakan dalam “Kontes Miss Ahassyweros” yang akan diselenggarakan di istana raja.
Tetapi sebelumnya, mereka harus dikarantina dulu selama setahun di balai perempuan yang berada dilingkungan istana raja, untuk mendapatkan berbagai macam perawatan kecantikan wajah dan tubuh (kalau di zaman sekarang ditambah dengan bonus pelatihan kepribadian) dari para instruktur yang ahli dibidangnya.

“Tiap-tiap kali seorang gadis mendapat giliran untuk masuk menghadap Raja Ahassyweros, dan sebelumnya ia dirawat menurut peraturan bagi para perempuan selama dua belas bulan, sebab seluruh waktu itu digunakan untuk pemakaian wangi-wangian : enam bulan untuk memakai minyak mur dan enam bulan lagi untuk memakai minyak kasai serta lain-lain wangi-wangian perempuan.” (Ester 2:12)

Setelah masa karantina usai, Raja Ahassyweros lalu memanggil para peserta kontes secara satu persatu untuk memperlihatkan “kebolehan” mereka. Tiap-tiap peserta sesuai nomor urutnya masing-masing, lalu masuk kekamar raja, dan mulai beraksi memamerkan kecantikannya dihadapan raja, dari sore hingga pagi hari. Itu artinya, tiap-tiap peserta, mau tidak mau harus menginap semalaman berdua bersama raja. Ini terlihat dalam uraian Alkitab berikut :

“Lalu (tiap-tiap) gadis itu masuk menghadap raja, dan … dibawa masuk dari balai perempuan ke dalam istana raja.” (Ester 2:13)

“Pada waktu petang ia (setiap para peserta kontes) masuk (kedalam kamar raja) dan pada pagi ia kembali, tetapi sekali ini kedalam balai perempuan yang kedua …” (Ester 2:14)

Dengan gambaran seperti itu, maka sudah pasti penilaian kelayakan para peserta akan diambil berdasarkan dua hal, pertama adalah penilaian tentang bagaimana cara mereka akan menampilkan dan mengeksplorasi kecantikan wajah dan kemolekan tubuh mereka sesempurna mungkin dihadapan raja, dan kedua, adalah penilaian tentang bagaimana para peserta mau menuruti, melayani dan memuaskan keinginan raja terhadap kecantikan wajah dan tubuh yang mereka miliki. Artinya, setiap peserta kontes kecantikan mau tidak mau harus rela mempertontonkan tubuhnya, sekaligus menyerahkannya kepada raja untuk “dinikmati” atau “dirasakan”. Jika raja menyukainya, maka sang peserta akan ditetapkan sebagai pemenang dan dipilih menjadi istri/ratu pendamping raja.
Kebetulan dalam kontes tersebut, Ester, si wanita Yahudi itu diluar dugaan berhasil memenangkan lomba kontes kecantikan yang diselenggarakan oleh kerajaan Persia. Kemenangan Ester ini terjadi karena ia secara meyakinkan berhasil memikat hati Raja Ahassyweros dengan “servicenya” yang sangat memuaskan. Sehingga Ester pun diangkat sebagai ratu oleh Raja Ahassyweros.

“Maka Ester dikasihi oleh baginda lebih daripada semua perempuan lain, dan ia beroeh sayang dan kasih baginda lebih dari pada semua anak dara lain, sehingga baginda mengenakan mahkota kerajaan diatas kepalanya dan mengangkat dia menjadi ratu pengganti Wasti.” (Ester 2:17)

Singkat cerita, dengan status ratu yang disandangnya, Ester pun berhasil mempengaruhi raja Persia yang menjadi suaminya tersebut, untuk lebih memihak kepada kepentingan rakyat Yahudi. Hasilnya, tidak lama kemudian, sepupu Ester, bernama Mordekhai, terpilih sebagai Perdana Menteri (setingkat dibawah raja) yang membawahi seluruh pejabat, pegawai, dan pasukan diseluruh kerajaan Persia. Akibatnya, meskipun bangsa Yahudi adalah budak jajahan Persia, namun dengan keberadaan dua orang warga mereka yang berhasil menjadi salah satu penguasa istana, menjadikan orang-orang Yahudi mendapatkan perhatian dan perlindungan yang lebih baik dibanding dengan rakyat Persia sendiri. Bahkan, ada keputusan Raja Ahassyweros yang sangat merugikan rakyat Persia, tetapi sangat menguntungkan bagi orang-orang Yahudi untuk berbuat semau mereka sendiri. Keputusan itu menyatakan bahwa :

“…Raja mengizinkan orang Yahudi ditiap-tiap kota untuk berkumpul dan mempertahankan nyawanya serta memunahkan, membunuh, atau membinasakan segala tentara, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, dari bangsa dan daerah yang hendak menyerang mereka, dan untuk merampas harta miliknya, pada hari yang sama di segala daerah raja Ahassyweros, pada tanggal tiga belas bulan yang kedua belas, yakni bulan Adar.” (Ester 8:11-12)

Akibatnya dapat anda duga, sangat mengerikan! Tepat pada tanggal 13 bulan Adar, atas komando Mordekhai, orang-orang Yahudi kemudian beramai-ramai membunuh dan melakukan pembantaian massal (genocide) terhadap orang-orang dari bangsa lain yang tidak sepaham atau bertentangan dengan kepentingan mereka. Kelakuan Mordekhai ini dalam Alkitab kemudian dicatat sebagai suatu hal yang baik dan berpahala, sebagai berikut :

“Karena Mordekhai, orang Yahudi itu itu, menjadi orang kedua dibawah raja Ahassyweros, dan ia dihormati oleh orang Yahudi serta disukai oleh sanak saudaranya, sebab ia mengikhtiarkan yang baik bagi bangsanya dan berbicara untuk keselamatan bagi semua orang sebangsanya.” (Ester 10:3)

Jadi, bagaimana mungkin Alkitab malah menilai peristiwa tersebut dengan cara yang positif? Sangat menggelikan! Lalu nilai moral apa yang bisa didapatkan dari cerita seputar pesta pora, mabuk-mabukan, kontes kecantikan, tipu daya licik, dan bunuh-membunuh tersebut diatas? Tidak ada! Kecuali, anda akan menemukan bahwa ternyata tujuan kontes kecantikan itu dari zaman Ahassyweros hingga sekarang ini sebenarnya sama saja, yakni sama-sama berupaya untuk mengeksploitasi dan menelanjangi tubuh perempuan secara fisik. Hanya bedanya, kalau para peserta kontes kecantikan di zaman Ahassyweros dulu, kemolekannya bisa “dirasakan” oleh jurinya, maka sekarang jurinya hanya bisa melihat dan membayangkan saja dari kejauhan!?
Read More......

Persaingan Dua Perempuan Kakak-Beradik Dalam Melacur

Ini adalah cerita yang hampir sama dengan cerita Putri Yerusalem. Perbedaannya hanya terdapat pada pemeran utama cerita. Kebetulan yang menjadi pemeran utama dalam cerita yang tergolong cerita “mesum” ini, adalah dua orang aktris cantik, kakak-beradik bernama Ohola dan Oholiba.

Mulanya, keduanya adalah orang-orang yang sangat disayang dan dikasihi Tuhan. Tetapi, entah mengapa, tiba-tiba mereka berbalik mengkhianati Tuhan, lalu menceburkan diri kedalam kehidupan pergaulan bebas. Tepatnya, mereka menjalani profesi sebagai seorang pelacur kelas atas yang sangat profesional.
Anda tentu tahu, dimana-mana yang namanya pelacur, baik itu profesional atau tidak, pasti dipandang sangat buruk oleh masyarakat. Bahkan kalau perlu, mereka jangan sampai tinggal bersama-sama masyarakat, sebab pelacur sudah dianggap sebagai sampah dan penyakit yang sangat menjijikkan. Masyarakat sangat takut tertular dan terinfeksi dengan penyakit mereka. Penyakit yang dimaksud ini bukan hanya dalam bentuk penyakit AIDS, Spilis, atau penyakit kelamin lainnya, tetapi lebih melihat pada sikap dan perilaku buruk para pelacur, yang dikhawatirkan nantinya akan dicontoh oleh masyarakat, terutama bagi kalangan anak-anak muda, yang kebanyakan mentalnya masih sangat rapuh.
Namun berbeda dengan sikap dan kebiasaan masyarakat yang baik itu, Alkitab justru malah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para pelacur untuk mengekspresikan kelakuan “asusila” mereka kepada para pembacanya, agar ya, mungkin suatu saat kelak bisa dijadikan bahan dan sumber inspirasi bagi para pembacanya yang berminat terjun kedalam dunia prostitusi. Jika anda berminat, mari kita sama-sama membaca cerita porno karya Tuhan, yang dimulai dari kisah Ohola berikut ini :

“Datanglah firman Tuhan kepadaku : “Hai anak manusia, ada dua orang perempuan, anak dari satu ibu. Mereka bersundal di Mesir, mereka bersundal pada masa mudanya, disana susunya dijamah-jamah dan dada keperawanannya dipegang-pegang. Nama yang tertua ialah Ohola dan nama adiknya ialah Oholiba.” (Yehezkiel 23:1-4)

“Ohola (lalu) berzinah, sedangkan ia adalah milik-Ku. Ia sangat berahi kepada kekasih-kekasihnya, kepada orang Asyur, pahlawan-pahlawan perang berpakaian kain ungu tua, bupati-bupati, dan penguasa-penguasa, semuanya pemuda yang ganteng, pasukan berkuda.” (Yehezkiel 23:5-6)

“Ia melakukan persundalannya dengan mereka, semuanya orang Asyur pilihan, ia menajiskan dirinya dengan semua orang kepada siapa ia birahi…” (Yehezkiel 23:7)

“Ia tidak meninggalkan persundalannya yang dilakukannya sejak dari Mesir, sebab pada masa mudanya orang sudah menidurinya, dan mereka memegang-megang dada keperawanannya dan mencurahkan persundalan mereka kepadanya.” (Yehezkiel 23:8)

Setelah menceritakan kehebatan “berahi” Ohola, Tuhan kemudian menceritakan kehidupan adik Ohola, yakni Oholiba, yang tak kalah hebatnya, sebagai berikut :

“Oholiba, ia lebih berahi lagi dan persundalannya melebihi lagi dari kakaknya. Ia berahi kepada orang Asyur, kepada bupati-bupati dan penguasa-penguasanya, kepada pahlawan-pahlawan perang yang pakaiannya sangat sempurna, kepada pasukan kuda, semuanya pemuda ganteng. Aku (Tuhan) melihat bahwa ia menajiskan diri, kelakuan mereka (Ohola dan Oholiba) berdua adalah sama.” (Yehezkiel 23:11-13)

“Bahkan ia (Oholiba) menambah persundalannya lagi… Ia berahi kepada mereka (orang-orang Babel)…menajiskan dia dengan persundalan mereka, sesudah ia menjadi najis oleh mereka, ia meronta dari mereka. Oleh karena ia melakukan persundalannya dengan terang-terangan dan memperlihatkan sendiri auratnya…” (Yehezkiel 23:14-18)

“Ia (Oholiba) melakukan lebih banyak lagi persundalannya sambil teringat kepada masa mudanya, waktu ia bersundal ditanah Mesir. Ia berahi kepada kawan-kawannya bersundal, yang auratnya seperti aurat keledai dan zakarnya seperti zakar kuda. Engkau menginginkan kemesuman masa mudamu, waktu orang Mesir memegang-megang dadamu dan menjamah-jamah susu kegadisanmu.” (Yehezkiel 23:19-21)

Seperti biasa kita sudah mengetahui, jika Tuhan telah menceritakan kelakuan para pelacur seperti tersebut diatas, itu tandanya Tuhan sedang sakit hati kepada mereka. Sehingga Tuhan pun ingin berbagi cerita kepada para pembaca Alkitab, supaya rasa sakit hati-Nya bisa berkurang “dikit”, meskipun para pembaca Alkitab harus menahan “jijik” membacanya.
Tapi memang begitulah kenyataannya, cerita yang “amburadul” tersebut terpaksa harus diterima juga oleh umat Kristen sebagai suatu firman Tuhan. Singkatnya, cerita ini pun berakhir ketika Ohola dan Oholiba akhirnya dihukum mati oleh Tuhan atas kelakuannya tersebut. Dengan cara ditelanjangi orang banyak, hartanya dirampas, lalu “digebukin” beramai-ramai hingga muka mereka berdua hancur. Tak lupa telinga dan hidung mereka juga dipotong-potong seperti “sayur”. Setelah itu mereka “babak belur” dilempari batu, dan akhirnya tewas dengan batang leher terpenggal oleh pedang. (Ternyata Tuhannya umat Kristen itu, selain porno, juga sadis?)
Read More......

Putri Yerussalem Gemar Melacurkan Tubuhnya

Kalau anda membaca Yehezkiel 16:1-52, maka anda akan menemukan betapa Tuhan dalam Alkitab, sangat tidak sopan dalam menyampaikan firman-firman-Nya. Firman Tuhan mereka itu sangat “jorok”, kasar, dan penuh dengan sumpah serapah, yang hanya layak diucapkan oleh manusia-manusia yang otaknya “tidak waras” dan berperilaku kurang ajar.

Adapun dalam Yehezkiel 16:1-52 itu, Tuhan menceritakan tentang seorang wanita cantik bernama Putri Yerusalem, yang sejak kecil dididik, diasuh, dan dibesarkan oleh Tuhan hingga masa dewasanya. Perempuan ini juga dulunya didandani dan dipercantik sendiri oleh Tuhan. Sehingga Tuhan pun sampai-sampai “gemes” melihat kecantikan perempuan yang Dia dandani tersebut. Tuhan berfirman :

“Engkau (Yerusalem) menjadi besar dan sudah cukup umur, bahkan sudah sampai pada masa mudamu. Maka buah dadamu sudah montok, rambutmu sudah tumbuh, tetapi engkau dalam keadaan telanjang bugil.” (Yehezkiel 16:7)

“… Sungguh, engkau (Yerusalem) sudah sampai pada masa cinta berahi. Aku menghamparkan kainKu kepadamu dan menutupi auratmu.” (Yehezkiel 16:8)

“Dan namamu (Yerusalem) termasyhur diantara bangsa-bangsa karena kecantikanmu, sebab sangat sempurna adanya, oleh karena semarak perhiasan-Ku yang Kuberikan kepadamu,…” (Yehezkiel 16:14)

Tapi nyatanya, meskipun dipuji sedemikian rupa oleh Tuhan. Putri Yerusalemnya eh, malah tidak mau berterima kasih, dan lupa dengan jasa-jasa Tuhannya yang telah mempercantik dirinya. Ia bahkan melawan Tuhannya dengan menjerumuskan dirinya kedalam dunia prostitusi. Tepatnya, ia menjual tubuhnya secara gratis kepada setiap laki-laki yang mau menidurinya. Karena perbuatannya tersebut, Tuhan pun menceritakan kejelekan perilaku Putri Yerusalem sekaligus mencaci makinya dengan firman-firman-Nya yang sangat “jorok”, sebagai berikut :

“Engkau (Yerusalem) mengandalkan kecantikanmu dan engkau seumpama bersundal (melacur) dalam menganggarkan ketermasyhuranmu dan engkau menghamburkan persundalanmu kepada setia orang yang lewat.” (Yehezkiel 16:15)

“Engkau mengambil dari pakaian-pakaianmu untuk membuat bukit-bukit pengorbananmu berwarna-warni dan engkau bersundal disitu.” (Yehezkiel 16:16)

“Engkau membuat bagimu patung-patung lelaki dan engkau bersundal dengan mereka.” (Yehezkiel 16:17)

“Dalam segala perbuatan-perbuatanmu yang keji dan persundalanmu itu engkau tidak teringat lagi kepada masa mudamu, waktu engkau telanjang bugil sambil menendang-nendang dengan kakimu dalam lumuran darahmu.” (Yehezkiel 16:22)

“Pada setiap persimpangan jalan engkau membangun bukit pengorbanan dan menjual kecantikanmu menjadi kekejian dengan merenggangkan kedua pahamu bagi setiap orang yang lewat, sehingga persundalanmu bertambah-tambah.” (Yehezkiel 16:25)

Perilaku tercela dari Putri Yerusalem tersebut kemudian membuat Tuhan merasa sakit hati, sehingga Dia pun mengumpat Putri Yerusalem, sebagai berikut :

“Engkau bersundal dengan orang Mesir, tetanggamu, si aurat besar itu, sehingga persundalanmu bertambah-tambah, yang menimbulkan sakit hati-Ku.” (Yehezkiel 16:26)

Kelakuan Putri Yerusalem memang keterlaluan, sebab ia melacur terus-terusan tanpa mau berhenti. Padahal sudah banyak laki-laki yang pernah menidurinya, tapi ia belum merasa puas juga.

“Engkau bersundal juga dengan orang Asyur, oleh karena engkau belum merasa puas, ya, engkau bersundal dengan mereka, tetapi masih belum merasa puas. Engkau memperbanyak lagi persundalanmu dengan (orang-orang) negeri perdagangan Kasdim, dengan itu juga engkau belum merasa puas.” (Yehezkiel 16:28-29)

Tuhan pun heran melihat ketidakpuasan seksual yang dialami Putri Yerusalem tersebut. Nafsu birahinya ternyata sangat besar!

“Betapa besar hawa nafsumu itu, demikianlah firman Tuhan Allah, engkau yang melakukan segala-galanya ini, yaitu perbuatan seorang perempuan sundal jahanam.” (Yehezkiel 16:30)

Bahkan Putri Yerusalem ini, menurut Tuhan, sampai perlu membayar orang lain untuk memuaskan nafsu seksnya yang teramat sangat besar tersebut.

“Tetapi engkau tidak seperti sundal biasa, oleh karena engkau menolak upah sundal.” (Yehezkiel 16:31)

“Hai istri yang berzinah, yang memeluk orang-orang lain ganti suaminya sendiri. Kepada semua perempuan sundal orang memberi upah, tetapi engkau sebaliknya, engkau yang memberi hadiah umpan kepada semua yang mencintai engkau sebagai bujukan, supaya mereka dari sekitarmu datang kepadamu untuk bersundal.” (Yehezkiel 16:32-33)

“Maka dalam persundalanmu engkau adalah kebalikan dari perempuan-perempuan yang lain. Bukan orang yang mengejar engkau hendak bersundal, tetapi engkau yang memberi upah persundalan, sedang engkau tidak diberi apa-apa, itulah kebalikannya padamu.” (Yehezkiel 16:34)

Oleh karena itu, maka Tuhan pun lalu memberikan hukuman kepada Putri Yerusalem atas perbuatan “bejatnya” tersebut. Tidak tanggung-tanggung hukuman atas Putri Yerusalem itu konon sangat memalukan dan menghina dirinya. Berikut hukuman Tuhan yang dimaksud :

“Aku (Tuhan) akan mengumpulkan mereka (para laki-laki) dari sekitarmu untuk melawan engkau dan Aku akan menyingkapkan auratmu dihadapan mereka, sehingga mereka melihat seluruh kemaluanmu.” (Yehezkiel 16:37)

“Aku (Tuhan) akan menyerahkan engkau didalam tangan mereka (para laki-laki) dan mereka akan meruntuhkan tempatmu yang tinggi dan merusakkan bukit-bukitmu, mereka akan menelanjangi engkau, akan merampas perhiasan-perhiasanmu dan membiarkan engkau telanjang bugil.” (Yehezkiel 16:39)

Setelah dipermalukan Tuhan di depan orang banyak, Putri Yerusalem pun akhirnya menemui nasib yang sangat tragis. Rumahnya dibakar oleh amukan massa. Selanjutnya, ia pun tewas setelah tubuhnya dilempari batu dan kepalanya dipancung dengan pedang oleh orang banyak.
Konon kematian Putri Yerusalem membawa kepuasan tersendiri bagi Tuhan, sebab Tuhan telah berhasil membalaskan rasa dendam dan sakit hati-Nya kepada Putri Yerusalem.

“Demikianlah Aku (Tuhan) melampiaskan murka-Ku kepadamu, sehingga cemburu-Ku kepadamu reda kembali, barulah Aku merasa tenang dan tidak sakit hati lagi.” (Yehezkiel 16:42)

Dari kisah Alkitab tersebut diatas, manfaat apa yang bisa anda peroleh? Tidak ada! Bahkan otak anda akan tambah tidak waras, bila mau mengimani Tuhan yang ternyata, gaya bicaranya sangat kotor, cabul, jorok, penuh dengan umpatan dan caci maki. Tuhan seperti itu tidak pantas menjadi Tuhannya manusia, ia hanyalah setan yang menyamar sebagai Tuhan. Dan kebetulan Alkitab ini adalah tempat yang paling disukai oleh setan! Percaya Deh?
Read More......

Yusuf Dalam Rayuan Birahi Nyonya Majikannya

Cerita “roman picisan” senada juga dapat kita lihat dalam Kitab Kejadian 39:7-19, yang menceritakan Yusuf sedang dirayu-rayu oleh nyonya majikannya agar mau diajak berhubungan intim.

Sebagai gambaran singkat, kita kutip saja beberapa contoh adegan dan kata-kata “rayuan maut” sang nyonya kepada Yusuf, berikut ini :
“…Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya. Selang beberapa waktu istri tuannya memandang Yusuf dengan birahi, lalu berkata : Marilah tidur denganku?” (Kejadian 39:7)
“Dari hari kehari perempuan itu membujuk Yusuf (agar mau bersetubuh dengannya.” (Kejadian 39:10)
“Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata : Marilah tidur denganku?” (Kejadian 39:12)
Nah, pantaskah kalimat-kalimat seperti itu disandarkan sebagai suatu Firman Tuhan? Mengapa Firman Tuhan, kata-katanya “norak” dan tidak sopan seperti itu? Lalu apa manfaat ayat tersebut ketika dibacakan kepada para jemaat? Apa yang akan terjadi nantinya? Ya, tentu saja, malu-maluin!
Read More......

Istri Berselingkuh Ketika Suaminya Tidak dirumah

Namun demikian, yang menjadi aneh pada Alkitab ini adalah adanya penggambaran yang sedemikian rupa dalam menceritakan peristiwa perselingkuhan atau perzinahan yang dilakukan oleh dua orang berlainan jenis yang bukan suami-istri. Penggambaran itu sangat “vulgar” dan mendetail seperti layaknya cerita-cerita berbau erotis yang terdapat dalam buku-buku novel atau cerpen.

Pada zaman modern sekarang ini, perselingkuhan (baca :perzinahan) dalam kehidupan rumah tangga suami-istri, adalah hal yang biasa terjadi dan dengan mudah dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik di desa maupun dikota. Perselingkuhan adalah suatu perbuatan pengkhianatan yang sangat tercela dan merugikan bagi pihak-pihak yang menjadi korban. Perselingkuhan juga dapat menyebabkan hancurnya perkawinan, tekanan batin, rasa bersalah, dan balas dendam diantara para pelakunya.

“Siapa melakukan zinah tidak berakal budi, orang yang berbuat demikian merusak diri.” (Amsal 6:32)

Alkitab dengan sangat tegas melarang orang-orang yang telah terikat dalam perkawinan untuk melakukan perzinahan dengan orang yang bukan menjadi suami atau istrinya. Ancaman bagi orang-orang yang melanggar ketentuan tersebut adalah hukuman rajam atau dilempari batu sampai mati. (Imamat 20:10)
Namun demikian, yang menjadi aneh pada Alkitab ini adalah adanya penggambaran yang sedemikian rupa dalam menceritakan peristiwa perselingkuhan atau perzinahan yang dilakukan oleh dua orang berlainan jenis yang bukan suami-istri. Penggambaran itu sangat “vulgar” dan mendetail seperti layaknya cerita-cerita berbau erotis yang terdapat dalam buku-buku novel atau cerpen. Seolah-olah Tuhan seperti menganggap para pembaca kitab suci-Nya tidak mengerti akan arti kata “perselingkuhan”, kecuali dengan menguraikan arti kata tersebut ke dalam sebuah adegan cerita “roman picisan”, yang konon disampaikan melalui ucapan salah seorang rasul-Nya, bernama Salomo (Nabi Sulaiman), sebagai berikut:

“Kulihat diantara yang tak berpengalaman, kudapati diantara anak-anak muda seorang teruna yang tidak berakal budi, yang menyeberang dekat sudut jalan, lalu melangkah menuju rumah perempuan semacam itu (perempuan genit), pada waktu senja, pada petang hari, dimalam yang gelap.”

“Maka datanglah menyongsong dia seorang perempuan, berpakaian sundal dengan hati licik, cerewet dan liat perempuan ini, kakinya tak dapat tenang dirumah, sebentar ia dijalan dan sebentar di lapangan, dekat setiap tikungan ia menghadang.”

“Lalu dipegangnya orang teruna itu dan diciumnya, dengan muka tanpa malu berkatalah ia kepadanya : Aku harus mempersembahkan korban keselamatan, dan pada hari ini telah kubayar nazarku itu. Itulah sebabnya aku keluar menyongsong engkau, untuk mencari engkau dan sekarang kudapatkan engkau. Telah kubentangkan permadani diatas tepat tidurku, kain lenan beraneka warna dari Mesir. Pembaringanku telah kutaburi dengan mur, gaharu dan kayu manis. Marilah kita memuaskan birahi hingga pagi hari, dan bersama-sama menikmati asmara. Karena suamiku tidak dirumah, ia sedang dalam perjalanan jauh, sekantong uang dibawanya, ia baru pulang menjelang bulan purnama’.”

“Ia merayu orang muda itu dengan berbagai-bagai bujukan, dengan kelicinan bibir ia menggodanya. Maka tiba-tiba orang muda itu mengikuti dia, seperti lembu yang bawa ke penjagalan, dan seperti orang bodoh, yang terbelenggu untuk dihukum, sampai anak panah menembus hatinya…” (Amsal 7:7-23)

Lalu apa yang bisa kita peroleh setelah membaca cerita perselingkuhan tersebut? Perlukah cerita semacam itu dimasukkan kedalam kitab suci Tuhan? Lalu apa bedanya firman Tuhan dengan roman picisan, kalau begitu?
Read More......

Anak Perempuanku Boleh diperkosa, Gratis!

Siapapun mungkin tidak akan rela jika melihat anak perempuannya, istrinya, kakak/adik perempuannya, neneknya, atau ibunya diperlakukan secara tidak terhormat oleh laki-laki asing tidak dikenal (bukan muhrimnya). Namun dalam Alkitab, hal tersebut tidak berlaku. Siapa saja boleh merelakan anak perempuannya, istrinya, kakak/adik perempuannya, neneknya, atau ibunya, untuk diperkosa secara gratis oleh orang lain. Dalam Hakim-Hakim pasal 19-21, diceritakan tentang adanya perbuatan tercela di suatu daerah bernama Gibea.

Ceritanya, ada sepasang suami istri dari Bani Israel yang sedang bertengkar, dan menyebabkan sang istri “ngambek” lalu pulang kerumah orangtuanya. Si suami lalu segera menyusul kerumah mertuanya untuk bisa rujuk lagi dengan istrinya. Sampai disana, mereka akhirnya rujuk kembali, dan tinggal bersama, beberapa hari lamanya dirumah tersebut. Selanjutnya, mereka berdua pun pamit pulang dan melanjutkan perjalanan kembali pulang kerumah mereka.
Perjalanan pulang yang mereka tempuh itu sangat jauh, hingga mereka kemalaman ditengah jalan di sebuah wilayah Bani Benyamin, bernama Gibea. Mereka lalu memutuskan untuk bermalam di sebuah lapangan dikota tersebut. Sebab semua rumah penduduk ditempat itu tertutup bagi para pendatang Israel yang kemalaman dijalan. Untungnya ada seorang bapak tua, orang Bani Israel, yang baru pulang kerja, melihat mereka. Karena kasihan, bapak tua itu pun mengajak suami-istri itu untuk menginap gratis dirumahnya.
Malam semakin larut, ketika bapak tua pemilik rumah itu masih berbincang-bincang dengan suami-istri yang menjadi tamunya, di dalam rumah. Sedang asyik-asyiknya mereka “mengobrol”, tiba-tiba dari luar terdengar teriakan dari para penjahat orang Lewi yang berasal dari Bani Benyamin, yang sedang mengepung rumah mereka. Rupanya para penjahat tersebut bermaksud ingin menculik para tamu yang menginap dirumah tersebut, supaya dapat mereka perkosa dengan sepuas-puasnya.

“Mereka (para penjahat) menggedor-gedor pintu sambil berkata kepada pemilik rumah itu : Bawalah keluar orang (para tamu) yang datang kerumahmu itu, supaya kami pakai (perkosa) dia.” (Hakim-Hakim 19:22)

Tentu saja pemilik rumah menolak permintaan “kurang ajar” para penjahat tersebut. Namun anehnya, ketika melindungi para tamunya dari ancaman para penjahat, pemilik rumah-si bapak tua itu, malah pilih-pilih orang. Ia lebih cenderung memilih memberikan perlindungan kepada tamunya yang laki-laki daripada tamu yang perempuan. Bahkan ia juga rela menyerahkan keperawanan anak perempuannya sendiri kepada para penjahat, sebagai alat tukar demi melindungi kehormatan tamu laki-lakinya. Ia berkata begini :
“Tetapi ada anakku perempuan yang masih perawan, dan juga gundik (istri) orang itu (tamu laki-lakinya), baiklah kubawa keduanya keluar, perkosalah mereka dan perbuatlah dengan mereka apa yang kamu pandang baik, tetapi terhadap orang ini (tamu laki-lakinya) janganlah kamu berbuat noda.” (Hakim-Hakim 19:24)

Coba anda bandingkan, siapa yang lebih “bejat”, para penjahatkah atau si pemilik rumah? Ternyata keduanya sama “bejatnya”, terutama si pemilik rumah. Kelakuan mereka tak ada bedanya dengan kelakuan binatang, bahkan lebih buruk lagi! Tapi itulah yang terjadi, para penjahat juga akhirnya ikut-ikutan pilih-pilih “mangsa”. Mereka ternyata lebih suka untuk memperkosa si tamu perempuan, ketimbang anak gadis si pemilik rumah. Selanjutnya mereka kemudian menyeret si tamu wanita keluar dari rumah dan membawanya pergi untuk diperkosa beramai-ramai. Setelah para penjahat puas memperkosanya semalam suntuk sampai pagi, si wanita itu kemudian dilepaskan, dan ia lalu berjalan “sempoyongan” tiba kembali kerumah si bapak tua dalam keadaan meregang nyawa.
Pagi-pagi, si tamu laki-laki, yang tidak peduli dengan nasib istrinya yang telah diperkosa oleh para penjahat itu, terbangun dan keluar dari rumah untuk melanjutkan kembali perjalanan pulang. Tetapi saat ia membuka pintu depan rumah, ia terkejut menemukan istrinya telah tergeletak tak berdaya di depan pintu. Laki-laki itu lalu membangunkan istrinya, tapi tidak ada jawaban, karena rupanya sang istri telah tewas setelah mengalami pemerkosaan yang sangat keji. Sang suami lalu mengangkat mayat istrinya dan membawanya pulang kerumah mereka.
Sesampainya dirumah, si suami lalu memotong-motong mayat istrinya menjadi 12 (dua belas) bagian (istilah sekarang namanya : “mutilasi”), dan dikirimkan kepada orang-orang Israel, dengan maksud agar orang-orang Israel tersulut emosinya, melihat ada salah seorang warganya diperlakukan sewenang-wenang oleh para penjahat yang berasal dari kalangan Bani Benyamin, musuh bebuyutan mereka. Rupanya tindakan provokasi laki-laki itu berhasil memancing emosi seluruh rakyat Bani Israel untuk menyerang Bani Benyamin. Dan akhirnya terjadilah perang antara kedua suku yang dipicu oleh kasus pemerkosaan tersebut. Dalam peperangan ini, Bani Israel keluar sebagai pemenang dan berhasil membunuh banyak orang dari Bani Benyamin, terutama kaum laki-lakinya dan para perempuan yang telah bersuami. Sementara para perempuan Bani Benyamin yang masih perawan, mereka biarkan hidup untuk dijadikan budak pemuas nafsu atau istri oleh orang-orang Bani Israel!?
Nah, sekarang, manfaat apa yang bisa anda peroleh dari cerita pemerkosaan dan bunuh-membunuh tersebut diatas? Tidak ada! Justru, yang bisa anda peroleh adalah cara-cara untuk menculik, memperkosa, membiarkan tindak kejahatan tanpa mau mencegah atau membela diri, memprovokasi dan menyulut kerusuhan massa, serta tega menyerahkan kesucian anak sendiri atau istri sendiri kepada para pemerkosa.
Read More......

Samson Dalam Belaian Pelacur

Anda pasti pernah menonton film berjudul “Samson dan Delilah”, bukan? Nah, ternyata skenario film tersebut sebagian besar dikutip dari kitab “sucinya” umat Kristen yang bernama Alkitab. Kisah Samson ini dapat dibaca selengkapnya pada Kitab Hakim-Hakim pasal 13-16.

Ringkasnya, konon di zaman dahulu ada seorang manusia bernama Samson, yang terlahir ditanah Palestina. Ia dianggap sebagai seorang pahlawan suci yang ditakdirkan oleh Tuhan untuk memimpin bangsanya, Bani Israel, guna melakukan pemberontakan terhadap bangsa Filistin (Palestina) yang dikatakan oleh Alkitab, sebagai bangsa yang menjajah Israel. Sejak lahir hingga kematiannya, Samson selalu tetap disucikan dan diberkati keberadaannya oleh Tuhan.
Ketika beranjak dewasa, Samson tertarik dengan seorang perempuan cantik yang berasal dari bangsa Palestina (musuh bangsanya, Israel), dan ingin menikahinya. Keinginannya ini mulanya ditentang oleh kedua orangtuanya, karena menganggap keturunan bangsa Palestina semuanya najis, sebab mereka tidak bersunat seperti bangsa Israel. Tapi akhirnya orangtua Samson kemudian setuju, sebab Samson (lewat pendapat kami Alkitab) memberi alasan bahwa pernikahannya itu harus terjadi, sebagai taktik untuk bisa melancarkan permusuhan terhadap bangsa Palestina.
Maka pergilah Samson bersama orangtuanya untuk melamar gadis impiannya. Tetapi tiba-tiba dalam perjalanan, tanpa sepengetahuan orangtuanya, Samson didatangi seekor singa ganas yang akan menyerangnya. Namun ternyata, Samson, atas kuasa Roh Tuhan, berhasil mencabik-cabik singa tersebut dengan tangan kosong, tanpa terluka sedikitpun. (Cerita ini masuk akal atau tidak?)
Setelah lamaran diterima, beberapa waktu kemudian Samson dan orangtuanya kembali kerumah calon mertua untuk melangsungkan akad nikah. Saat dalam perjalanan, Samson berhenti sebentar, ketika ia melihat ada sekawanan lebah madu yang lagi bersarang dalam kerangka singa yang telah ia bunuh beberapa hari yang lalu. Tanpa merasa takut, Samson mengambil atau mengeruk madu dari sarang lebah itu dengan tangannya, lalu pergi meninggalkan sarang lebah itu begitu saja, dan dengan nikmatnya memakan madu yang telah diambilnya tersebut. Anehnya, lebah-lebah madu itu malah diam saja dan tidak mengamuk atau menggigit Samson. (Masuk akal atau tidak?)
Akhirnya, Samson pun resmi menikah dengan gadis pujaan hatinya. Saat resepsi, disuatu sudut ruangan, Samson terlihat bersenda gurau dengan 30 orang tamunya. Rupanya Samson sedang bermain teka-teki atau tebak-tebakan dengan para tamunya tersebut sambil bertaruh. Jika teka-teki Samson dapat ditebak oleh para tamunya dalam waktu 7 hari, maka Samson akan menghadiahi 30 pakaian lenan dan 30 pakaian kebesaran kepada mereka. Sebaliknya, jika mereka tidak dapat menjawab, maka mereka harus memberikan hadiah yang sama kepada Samson. (Samson ternyata seorang penjudi dan senang bertaruh?)
Taruhan pun dimulai, dan selama 6 hari masa taruhan terlewati, para tamu Samson terlihat belum bisa menebak teka-teki Samson. Namun pada hari ketujuh, mereka akhirnya berhasil memecahkan teka-teki Samson tersebut. Itu pun setelah mereka terlebih dahulu mengancam istri Samson dengan ancaman pembunuhan. Akibatnya, istri Samson ketakutan dan akhirnya membocorkan rahasia teka-teki suaminya tersebut kepada mereka.
Karena teka-tekinya terpecahkan, Samson pun bingung karena ditagih hadiah oleh para pemenang taruhan teka-tekinya. Ia pun pergi suatu tempat dan mengamuk disana. Atas kuasa Roh Tuhan, ia lalu membunuh 30 orang tak berdosa ditempat tersebut, dan merampas pakaian-pakaian kebesaran mereka, lalu diberikannya kepada kepada 30 pemenang taruhan teka-tekinya. Setelah itu Samson tidak pulang lagi ketempat istrinya, melainkan ia pergi “ngacir” ketempat orangtuanya. (Samson ini ternyata suami yang tidak bertanggung jawab dan suka marah-marah?)
Beberapa waktu kemudian setelah reda dari marahnya, Samson kembali lagi kerumah mertuanya untuk melihat istrinya. Sampai disana, tanpa basa-basi ia segera masuk kekamar istrinya untuk menidurinya. Melihat kelakuan Samson itu, kontan mertuanya marah-marah sambil berkata kalau Samson bukan menantunya lagi, sebab anaknya sudah dikawinkan dengan pemuda lain. (Ini mungkin akibat Samson “ngilang” kelamaan, sehingga istrinya pun “dicolong” orang lain)
Untuk meredakan kemarahan Samson, mertuanya lalu menawarkan anak gadisnya yang lain untuk dinikahi oleh Samson sebagai pengganti istrinya yang telah “dicolong” orang tersebut. Samson menolak penawaran tersebut, lalu pergi sambil marah-marah dan kemudian meputriar gudang gandum milik orang-orang Palestina. (Perbuatan Samson kok kayak preman dan provokator?)
Melihat kejadian tersebut, orang-orang Palestina ribut, lalu mencari Samson dirumah mertuanya. Sampai dirumah tersebut, orang-orang Palestina tidak menemukan Samson, karena kecewa mereka kemudian melampiaskan kemarahan mereka dengan meputriar mertua Samson beserta anak perempuannya. Samson kemudian membalas dendam dan membunuh orang-orang Palestina yang telah membunuh mertuanya, lalu ia melarikan diri dan bersembunyi disuatu tempat.
Seluruh orang Palestina marah melihat teman-teman mereka tewas ditangan Samson. Mereka lalu mencari Samson, orang Israel itu, ke seluruh wilayah yang ditinggali oleh penduduk Israel. Karena ketakutan, para penduduk Israel lalu ikut mencari Samson dan membujuknya agar mau menyerahkan diri secara baik-baik kepada orang-orang Palestina. Samson akhirnya patuh dan menurut. Ia lalu diikat dan dibawa kepada orang-orang Palestina untuk diadili.
Orang-orang Palestina senang ketika melihat Samson telah terikat. Namun saat mereka akan menghukum Samson, tiba-tiba atas kuasa Roh Tuhan, Samson berhasil melepaskan ikatan yang membalut tubuhnya. Setelah itu ia mengamuk dengan hebatnya dan membunuh 1000 orang Palestina yang mengepungnya dengan sekali pukulan, menggunakan tulang rahang keledai yang masih baru. (Masuk akal atau tidak, ya?) Dan, setelah peristiwa tersebut, Samson kembali melarikan diri. Sementara itu, aparat keamanan Palestina secara resmi menetapkan Samson sebagai tersangka penjahat yang masuk dalam DPO (Daftar Pencarian Orang) buronan nomor satu yang paling dicari-cari.
Dalam masa pelariannya, Samson mengunjungi Gaza, dan disana ia sempat mampir ketempat pelacuran untuk memuaskan nafsu birahinya (Maklum Samson khan tidak punya istri lagi alias “jomblo”?).

“Pada suatu kali, ketika Samson pergi ke Gaza, dilihatnya disana seorang perempuan sundal, lalu menghampiri dia.” (Hakim-Hakim 16:1)

Aparat keamanan Palestina ternyata mengetahui bahwa Samson bersembunyi dirumah pelacuran di Gaza. Mereka lalu semalaman mengepung Samson, agar tidak lolos lagi. Tapi, apa yang terjadi, Samson ternyata tahu juga kalau dirinya dikepung, sehingga pada waktu tengah malam ia keluar melarikan diri. Namun sebelumnya ia membuat atraksi hebat agar musuh-musuhnya terkesima, dengan cara mencabut kedua daun pintu gerbang (gapura) kota Gaza dan melemparkannya terbang sanpai keatas gunung. (Masuk akal atau tidak?)
Samson akhirnya lolos lagi dari kejaran aparat. Ia lalu pergi ke lembah Sorek, dan disana ia jatuh cinta kepada seorang wanita bernama Delila. Mereka pun berpacaran. Mendengar itu, para penguasa dan aparat keamanan Palestina diam-diam mendatangi Delila, dan membujuk Delila dengan iming-iming hadiah uang, agar mau memberitahukan rahasia kekuatan Samson yang menakjubkan tersebut.
Delila pun merayu Samson dengan segala cara agar Samson mau menceritakan rahasia kehebatannya. Namun Samson tetap merahasiakannya, hingga kemudian Delila berkata :

“Bagaimana mungkin engkau berkata : Aku cinta kepadamu, padahal hatimu tidak tertuju kepadaku.” (Hakim-Hakim 16:15)

Mendengar rayuan maut Delila tersebut, hati Samson melunak, dan ia akhirnya menceritakan rahasia kehebatannya, yang ternyata terdapat pada rambutnya, sebagai berikut :

“Kepalaku tidak pernah kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibuku, aku ini seorang nazir (yang diberkati oleh) Allah. Jika kepalaku dicukur, maka kekuatanku akan lenyap dari padaku, dan aku menjadi orang yang lemah, dan sama seperti orang-orang lain.” (Hakim-Hakim 16:17)

Kemudian tertidurlah Samson dipangkuan Delila, dan apa yang terjadi selanjutnya? Delila diam-diam memanggil tukang cukur dan mencukur rambut Samson yang sedang asyik “ngorok”. Akhirnya hilanglah kekuatan Samson, dan dengan mudah ia ditangkap dan dijadikan tawanan oleh orang-orang Palestina. Mata Samson kemudian dibutakan, ia dibelenggu dengan rantai tembaga dan dihukum dengan kerja paksa menggiling roda yang sangat berat.
Singkat cerita, ketika para penguasa dan rakyat Palestina menyelenggarakan perayaan agama mereka di gedung pertunjukan, diundanglah Samson yang berstatus sebagai tawanan itu untuk melawak didepan mereka. Samson yang matanya buta itu ditertawakan habis-habisan oleh orang banyak. Karena merasa malu, Samson pun berdoa kepada Tuhan agar diberikan kekuatan sekali lagi untuk menghancurkan orang-orang Palestina. Doa Samson dikabulkan Tuhan. Ia lalu meraba tiang utama gedung dan menggoyang-goyangkan tiang tersebut hingga menyebabkan gedung ambruk. Alhasil semua orang yang berada dalam gedung pertunjukan itu, termasuk Samson, akhirnya tewas seketika. Kematian Samson ini dianggap oleh bangsa Israel sebagai kematian yang diberkati Tuhan. Ia pun akhirnya diangkat sebagai salah satu pahlawan oleh bangsa Israel.
Nah, setelah anda membaca kisah tersebut, manfaat apa yang bisa anda peroleh dari sosok seorang Samson? Pantaskah dari beberapa kelakuannya yang tidak terpuji, seperti mengawini wanita dengan maksud untuk berbuat licik, berjudi (taruhan), mudah emosi, suka membalas dendam, sombong, angkuh, suka merusak barang hak milik orang lain, membunuh orang tak berdosa, dan senang melacur (berzina) dengan WTS, darinya kita bisa memperoleh teladan? Ternyata tak ada satupun dari kelakuan Samson yang patut ditiru! Tapi anehnya, Tuhannya Alkitab malah memberkati Samson sebagai orang suci dan selalu membantunya dalam setiap perbuatan-perbuatan jahatnya? Tuhan macam apakah itu? Benar-benar sangat memalukan!
Ironisnya lagi, kisah Samson yang dikatakan sebagai Firman Tuhan dalam Alkitab, ternyata ceritanya jauh lebih “konyol” dibanding cerita Samson dalam film-film dan sinetron. Bahkan film berjudul : “Samson dari Betawi”, mungkin lebih layak untuk menggantikan “Samson” versi Alkitab, bagaimana?
Read More......

Seorang Gadis Penghangat Memeluk Tubuh Daud yang Kedinginan

Seperti yang telah kita baca dalam cerita tersebut diatas. Daud di masa mudanya, dituduh oleh para kami Alkitab, telah memperkosa istri tetangganya.

Sementara dimasa tuanya, Daud difitnah lagi, dan ia diceritakan sebagai berikut :
“Raja Daud telah tua dan lanjut umurnya, dan biarpun ia diselimuti, badannya tetap dingin. Lalu para pegawainya berkata kepadanya : “Hendaklah dicari bagi tuanku raja seorang perawan yang muda, untuk melayani dan merawat raja, biarlah ia berbaring dipangkuanmu, sehingga badan tuanku raja menjadi panas.” Maka diseluruh daerah Israel dicarilah seorang gadis cantik, dan didapatlah Abisag, gadis Sunem, lalu dibawa kepada raja. Gadis itu amat cantik, dan ia menjadi perawat raja dan melayani dia, tetapi raja tidak bersetubuh dengan dia.” (1 Raja-Raja 1:1-4)

Dari cerita singkat tersebut, kita mendapatkan satu pelajaran berharga, yakni : “jika anda seorang laki-laki yang sedang sakit hingga tubuh anda kedinginan, maka jangan khawatir, anda pasti akan segera sembuh dan segar kembali, saat perempuan cantik yang tidak anda kenal masuk kekamar anda, dan tidur sambil memeluk anda. Dan ini adalah terapi pengobatan yang paling “hangat” versi Alkitab!?
Tapi benarkah Daud pernah melakukan perbuatan “memalukan” seperti itu? Jawabannya, tentu saja tidak! Karena hanya orang-orang “sinting” saja yang mau percaya dengan cerita bodoh dan tidak masuk akal tersebut!
Read More......

Daud Memperkosa Istri Tetangganya

Kisah berjudul diatas dapat dibaca lebih lengkap pada 2 Samuel 11:1-27, dimana ketika anda membacanya, anda akan merasa terkejut luar biasa.

Tapi, baiklah supaya anda tidak repot-repot mencarinya, kami ceritakan saja kisah yang dimaksud sebagai berikut :
Pada suatu hari, Raja Daud menyuruh Yoab beserta pasukannya untuk bertolak ke kota Raba guna mengepung dan menghancurkan kota tersebut serta memerangi sekalian penduduknya (Bani Amon). Sementara itu, Daud sendiri tidak ikut serta, tapi tetap berada di Yerusalem.
Saat suasana lagi sepi, disuatu sore, Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di lantai atas istana. Tiba-tiba matanya tertuju kepada sosok perempuan cantik yang sedang mandi. Daud pun menyuruh para pengawalnya mencari tahu tentang perempuan itu. Ternyata diperoleh informasi bahwa perempuan itu bernama Batsyeba binti Eliam, istri dari Uria yang ikut berperang dengan Yoab di kota Raba. Maka Daud menyuruh pengawalnya untuk membawa perempuan cantik itu ke istana. Daud memasukkannya ke dalam kamarnya, lalu menyetubuhinya secara paksa. Setelah itu, ia perintahkan kepada pengawalnya untuk mengantarkan perempuan itu kembali kerumahnya.

“Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur (bersetubuh) dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya.” (2 Samuel 11:4)

Rupanya perempuan itu hamil dari perzinahan tersebut, lalu ia mengutus seseorang ke istana guna memberitahukan kepada Daud perihal kehamilannya.

“Lalu mengandunglah perempuan itu dan disuruhnya orang memberitahukan kepada Daud, demikian : Aku mengandung." (2 Samuel 11:5)

Maka Daud menyuruh pengawalnya untuk menjemput suaminya, Uria, yang sedang berada di Raba dan membawanya pulang ke Yerusalem. Setelah Uria sampai di istana, Daud menyambutnya dengan baik dan menanyakan kepadanya tentang kabar Yoab dan pasukannya yang sedang berperang. Kemudian Daud menyuruh Uria untuk pulang kerumahnya dan tidak lagi ikut berperang bersama pasukan Yoab. (Maksudnya agar ia bersetubuh dengan istrinya, sehingga janin yang ada di dalam perut istrinya itu dianggap berasal dari benih suaminya itu, bukan dari benih Daud)
Ketika Uria keluar dari istana, pengawal istana menyusulnya dan menyerahkan sebuah hadiah untuknya. Akan tetapi, Uria rupanya enggan untuk pulang kerumahnya dan lebih memilih untuk kembali lagi ke Raba untuk melanjutkan peperangan. Para pengawal pun melaporkan hal ini kepada Daud. Daud lalu bertanya kepada Uria :

“Mengapakah engkau tidak pulang kerumahmu?” (2 Samuel 11:10)

Uria menjawab :

“Yoab dan semua pasukannya hanya tidur ditenda-tenda dan terus berperang melawan musuh, bagaimana mungkin aku akan pulang kerumahku untuk makan, minum, dan tidur dengan istriku? Demi hidupmu dan demi nyawamu, aku tak akan melakukan hal itu!” (2 Samuel 11:11)

Maka Daud pun akhirnya melepas kepergian Uria, tapi sebelumnya ia telah membuat sebuah surat kepada Yoab yang isinya :
“Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati.” (2 Samuel 11:15)

Setelah membaca surat tersebut, Yoab melaksanakan pesan Daud itu. Dan ternyata memang benar, Uria mati terbunuh dalam sebuah pertempuran hebat.
Ketika berita kematian Uria ini didengar oleh istrinya, Batsyeba binti Eliam, ia meratap sejadi-jadinya. Akan tetapi tak lama setelah itu, Daud membujuknya untuk tinggal bersamanya di istananya. Batsyeba kemudian menurut, dan ia pun resmi diperistri oleh Raja Daud. Akhirnya, perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama oleh Daud dengan Salomo. Tuhan memang mengasihi anak ini, tapi apa yang telah dilakukan oleh Daud sungguh keji di mata Tuhan.
Pertanyaannya adalah nilai-nilai moral apakah yang dapat kita peroleh dari cerita tersebut diatas? Jelas tidak ada! Kecuali, ajakan untuk memperkosa, berzina, berkhianat, meninggalkan nilai-nilai ksatria, melakukan tipu muslihat, dan merekayasa untuk menyembunyikan “aib” perzinahan, lalu membunuh suami perempuan yang telah diperkosa.
Tentu saja perbuatan tersebut sangat hina dan terkutuk dimata siapapun, tanpa kecuali. Tapi benarkah, Daud yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai seorang nabi suci yang amat taat dan patuh kepada perintah Tuhan (QS. Shad:17), pernah melakukan perbuatan terkutuk seperti itu? Jawabannya pasti tidak! Sebab cerita tersebut memang hanyalah karangan palsu dari para kami Alkitab yang ingin mengadu domba keluarga Daud dengan umatnya Bani Israel, dan mencemarkan nama baiknya.
Untuk itulah, dalam Al-Qur’an, Allah membela kehormatan Daud dari segala fitnah dan tuduhan keji musuh-musuhnya. Allah berfirman :

“Dan bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan, dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan, sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami telah menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi, dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masingnya amat taat kepada Allah. Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.” (Q.S. Shad:17-20)
Read More......

Mertua Memperkosa Menantu Perempuannya

Kami berharap anda telah membaca Alkitab dengan teliti, yakni pada Kitab Kejadian pasal 38, sebab ini adalah bagian pornografi yang paling mesum dalam sebuah kitab yang diklaim sebagai “Kitab Suci". Setelah membacanya berkali-kali, sebaiknya anda segera membuat catatan.

Kisah ini dimulai ketika Yehuda menikah dengan istrinya, Syua. Setelah menikah, Syua kemudian mengandung, lalu melahirkan anak laki-laki pertama bernama Er. Selanjutnya, ia melahirkan lagi anak laki-laki kedua bernama Onan. Dan terakhir, ia melahirkan anak laki-laki ketiga bernama Syela. (Lihat Kejadian 38:1-5)
Setelah beranjak dewasa, Er sebagai anak yang paling sulung lalu dinikahkan oleh orangtuanya, dengan wanita bernama Tamar. Tapi karena Er berlaku jahat, maka Tuhan kemudian membunuhnya. Sehingga Tamar akhirnya menjadi janda. (Lihat Kejadian 38:6-7)
Alkitab tidak menjelaskan, mengapa Er berbuat jahat? Kejahatan apa yang dilakukan Er? Masih belum jelas? Kesan yang muncul, seolah-olah Alkitab menuduh Tuhan telah berlaku “sembrono”, dan tidak punya rasa belas kasihan, karena telah membunuh orang yang belum jelas apa kesalahannya?
Untuk menggantikan Er yang telah mati, Yehuda lalu menyuruh anak keduanya yang telah dewasa, bernama Onan, untuk mengawini janda kakaknya, Tamar. Namun, selama menikah, Onan ternyata tidak ingin mendapatkan keturunan melalui istrinya. Sebab, pada saat ia sedang berhubungan intim dengan istrinya, ia selalu membuang “spermanya” diluar hubungan senggama, untuk mencegah agar istrinya jangan sampai hamil. Cara berhubungan seks yang tidak wajar, yang dilakukan oleh Onan itu sekarang ini dikenal dengan istilah “Onani” atau “onanisme” (diambil dari namanya, Onan) atau disebut juga dengan “Coitus interruptus” atau senggama terputus. Nah, selanjutnya, karena kelakuan Onan tersebut dipandang jahat oleh Tuhan, maka Tuhan pun segera membunuhnya. (Kejadian 38:10)
Melihat sikap Tuhannya dalam Alkitab tersebut mungkin sangat mengherankan bagi orang-orang yang hidup di masa modern sekarang ini? Sebab apa yang dilakukan oleh Onan tersebut belum dapat dikategorikan sebagai perbuatan jahat yang pantas mendapatkan hukuman berat (hukuman mati). Sikap Onan tersebut, justru membantu program pemerintah dalam menekan laju pertambahan penduduk yang semakin tidak terkendali dewasa ini. Tapi, mengapa sikap Onan yang baik tersebut, malah direspon negatif oleh Tuhan?
Baiklah, kita lupakan saja “keanehan” sikap Tuhan tersebut, dan kita lanjutkan ceritanya. Saat melihat kedua anaknya mati terbunuh ditangan Tuhan, Yehuda pun akhirnya merasa trauma dan khawatir kalau anaknya yang ketiga, bernama Syela, jangan-jangan akan mati juga jika dikawinkan dengan Tamar.

"Jangan-jangan dia mati seperti kedua kakaknya itu." (Kejadian 38:11)

Untuk itu Yehuda lalu segera mengambil tindakan, memulangkan menantunya, Tamar, ke rumah orang tuanya dengan janji jika anaknya yang ketiga, Syela, sudah cukup dewasa untuk menikah, maka dia akan mengawinkannya dengan Tamar, sebagai syarat untuk memperoleh keturunan, demi mengekalkan nama almarhum suaminya yang pertama, Er.
Namun beberapa tahun kemudian ketika Syela telah dewasa dan mungkin telah siap menikah, ayahnya malah tidak segera memanggil Tamar untuk menikah dengan Syela. Apalagi bersamaan dengan itu, Yehuda juga baru saja ditinggal mati istrinya. Sehingga ia berduka cita dan lama-kelamaan tidak ingat lagi akan janjinya untuk menikahkan Syela kepada Tamar.
Atas kelalaian Yehuda tersebut, Tamar ingin membalas dendam dan memberi peringatan. Dia mendapat kabar bahwa mertuanya sedang pergi ke Timna untuk mencukur dombanya. Tamar merencanakan untuk mencegat Yehuda. Dia pergi dan duduk di tepi jalan, mengetahui dalam hatinya bahwa laki-laki tua tersebut tidak akan pernah melewatinya tanpa menegurnya. Begitulah, Yehuda melihat Tamar dan mengira dia adalah seorang Wanita Tuna Susila, seorang pelacur. Lalu berkata kepadanya (Tamar) :

".... Marilah, aku mau menghampiri (berhubungan seks dengan) engkau, (sebab ia tidak tahu, bahwa perempuan itu menantunya. Tanya perempuan itu : Asal engkau memberikan tanggungannya, sampai engkau mengirimkannya kepadaku..." (Kejadian 38:16)

Pada saat itu orang-orang tidak membawa uang tunai atau kartu kredit, sehingga Yehuda berkata akan mengirim kepada Tamar seekor anak kambing setelah dia berhubungan seks dengannya. Tamar bukanlah seorang wanita yang dapat terbuai oleh ucapan tersebut. Dia mempunyai rencana utama, yang telah dipikirkan dan dilakukannya secara baik. Dia menawar, "Apakah jaminannya bahwa anak domba tersebut akan dikirim?" "Apa jaminan yang Anda inginkan?", tanya Yehuda. "Cincin dan gelang Anda (masyarakat pada masa itu biasanya menggunakan gelang pada pergelangan tangannya) dan tongkat yang Anda pegang saat ini." Laki-laki tua tersebut menyerahkan barang-barang yang diminta dan berhubungan seks dengan menantunya. Dari hubungan ini Tamar pun akhirnya mengandung alias hamil. (Red : Jangan lupa bahwa Er dan Onan dulunya gagal lho, membuat Tamar mengandung!?).
Dalam masa tiga bulan; kehamilannya semakin tampak. Gunjingan mulai menyebar. Berita Tamar telah "melakukan pelacuran dan mengandung anak dari perbuatan tersebut" sampai kepada Yehuda. Yehuda sekarang mempunyai alasan untuk marah terhadap Tamar Dia memerintahkan, "Bawa dia keluar (perempuan jalang tersebut), dan bakar dia." Sebelum ini dia adalah perempuan yang jahat (Yehuda kehilangan dua anak laki-laki karena Tamar). Sekarang dia adalah seorang perempuan jalang dan patut dibakar hidup-hidup!
Tamar lebih cerdik dari yang dibayangkan Yehuda. Sebelum mertuanya melakukan hal tersebut, dia mengirim cincin, kalung dan tongkat, melalui seorang pelayan dan sebuah permohonan agar Yehuda mencarikan orang yang bertanggung jawab atas kehamilannya. Tamar berkata, "Bersama laki-laki yang memiliki barang-barang ini, saya saat ini mengandung." Yehuda mengenali barang-barang miliknya dan berkata :

".... Bukan aku, tetapi perempuan itulah yang benar, karena memang aku tidak memberikan dia kepada Syela, anakku yang masih hidup. Dan dia tidak bersetubuh lagi dengan perempuan itu." (Kejadian 38: 26)

Sembilan bulan setelah hubungan seksual di Timna antara Yehuda (seorang mertua) dan Tamar (menantunya sendiri), bidan berjaga-jaga di sisi tempat tidur Tamar. Dari ukuran perutnya, dia memperkirakan Tamar mengandung anak kembar Dan berdasarkan hukum Nabi Musa Alaihissalam, dia harus sangat berhati-hati dalam memberi tanda "anak pertama". Jika wanita melahirkan anak kembar yang identik dan jika tidak hati-hati dalam memberi tanda kepada anak pertama, maka ditakutkan adanya ketidakadilan, karena anak pertama menerima bagian yang terbesar dari warisan ayahnya.
Ketika Tamar melahirkan, salah seorang bayi tersebut ditarik tangannya dan perawat mengikatkan sebuah benang merah tua untuk menandakan bahwa "Inilah bayi yang pertama lahir!" Tetapi hal ini terlalu sensitif untuk anak yang baru lahir, sehingga dia dengan cepat menarik tangannya ke dalam kehangatan ibunya, dan menyaksikan adik laki-lakinya lahir, dan bidan berseru :

"...Alangkah kuatnya engkau menerobos keluar, maka anak itu dinamai Peres. Sesudah itu keluarlah saudaranya laki-laki yang tangannya telah berikat benang kirmizi itu, lalu kepadanya diberi nama Zerah." (Kejadian 38:29-30)

Peres adalah sebutan untuk orang yang melompati antrian, seorang yang telah membuat orang lain keluar dari gilirannya, dan Zerah berarti "merah" dalam bahasa Ibrani karena dia memiliki benang merah pada tangannya.
Pertanyaannya adalah, apa kandungan moral cerita seksual Alkitab pada pasal 38 kitab Kejadian yang terkenal ini? Sekarang Yehuda melakukan perbuatan zina dengan Tamar dan mendapatkan anak haram yang kembar yang keturunannya kelak dikemudian hari dimuliakan oleh Tuhan! Apa kandungan moralnya? Tidak ada, maka berarti tidak bermoral!
Read More......

Seorang Anak Berpesta Seks, Memperkosa Istri-Istri Ayahnya didepan Umum

Kisah ini merupakan kelanjutan cerita sebelumnya, tepatnya dimulai pada Alkitab-2 Samuel 14:1-33, Ketika itu Absalom sedang bersembunyi, karena telah membunuh Amnon, adiknya.

Absalom takut terkena hukuman ayahnya, Daud. Meskipun pada kenyataannya, Daud tidak marah kepada Absalom, ia hanya menangis saja. Sehingga lama-kelamaan, Daud pun memberi maaf kepada Absalom dan mempersilahkan Absalom pulang kerumah.
Absalom patuh dan ia pun kembali kerumahnya, meskipun Daud sendiri masih enggan mau menemuinya. Alhasil, Absalom menjadi terkucil beberapa waktu lamanya, tapi lama-kelamaan Raja Daud akhirnya mau menemuinya, dan tidak ada lagi masalah. Artinya, keduanya sudah berdamai dan bersahabat kembali.
Namun entah karena alasan apa, tiba-tiba Absalom mulai menghasut orang-orang disekitarnya agar mau bergabung dengannya, untuk memberontak kepada Raja Daud, ayahnya. Rakyat, banyak yang tertarik dengan hasutan Absalom, termasuk seorang penasehat Daud bernama Ahitofel. Sehingga dalam waktu beberapa tahun saja, terkumpullah kekuatan massa untuk memberontak kepada raja. (Lihat 2 Samuel 15:1-12)
Mendengar kabar, Absalom dan para pengikutnya akan memberontak kepadanya, Daud dan para pengikutnya memilih tidak melawan secara terbuka, melainkan mereka keluar mengungsi secara diam-diam meninggalkan istananya yang berada di Yerussalem. Tapi anehnya, ketika mengungsi, Daud tidak membawa serta semua istrinya. Ia hanya membawa beberapa orang istrinya, dan menyisakan sebanyak 10 orang istrinya yang lain, untuk tinggal didalam istana. Setelah itu berangkatlah, Daud bersama para pengawalnya untuk mengungsi, menghindar dari serangan kaum pemberontak. (Lihat 2 Samuel 15:13-18)
Singkat cerita, para pemberontak yang dipimpin Absalom, akhirnya dengan mudah berhasil menduduki istana raja Daud di Yerusalem tanpa perlawanan. Maklumlah, istana tersebut memang telah kosong, ditinggal oleh para penghuninya, kecuali hanya dijaga oleh 10 orang istri Daud, yang “bengong” tidak berdaya. Setelah menguasai istana raja, mulailah Absalom memerintah, tapi ia bingung bagaimana caranya agar rakyat tetap mau mendukung kekuasaannya dan selalu setia kepadanya, serta tidak lagi berpihak kepada Daud. Ia lalu menoleh kepada penasehatnya yang bernama Ahitofel, dan bertanya : “Berilah nasehat, apakah yang harus kita perbuat?” (2 Samuel 16:20).
Lalu jawab Ahitofel kepada Absalom :

"Hampirilah (perkosalah) gundik-gundik ayahmu yang ditinggalkannya untuk menunggui istana. Apabila seluruh Israel mendengar, bahwa engkau telah membuat dirimu dibenci oleh ayahmu, maka segala orang yang menyertai engkau, akan dikuatkan hatinya." (2 Samuel 16:21)

Mendengar nasehat “super hot” tersebut, Absalom tidak marah, ia justru malah senang dan gembira, karena sebentar lagi ia akan berpesta seks, sehingga ia pun melakukan apa yang disarankan oleh penasehat “cabulnya” tersebut. Dan perhatikanlah apa yang dilakukan Absalom selanjutnya :

“Maka dibentangkanlah kemah bagi Absalom di atas sotoh, lalu Absalom menghampiri (memperkosa) gundik-gundik ayahnya di depan mata seluruh Israel.” (2 Samuel 16:22)

Bisa dibayangkan bagaimana “bobroknya” kelakuan Absalom tersebut diatas. Ia telah memperkosa ibunya sendiri, yakni istri dari ayahnya, dihadapan banyak orang. Kelakuan seperti itu mungkin hanya bisa kita temukan dalam dunia prostitusi di negara-negara barat, dimana pelacuran sudah terang-terangan dilakukan di depan publik dan tempat-tempat umum lainnya. Nampaknya para pelaku prostitusi di negara-negara barat banyak mengambil inspirasi perbuatan “bejat” mereka, dari mana lagi kalau bukan dari Alkitab?
Ironisnya, perbuatan “bejat” Absalom tersebut muncul gara-gara nasehat Ahitofel yang pendapatnya dinilai oleh rakyat dan raja-raja Israel, sebagai inspirasi yang berasal dari Tuhan.

“Pada waktu itu nasihat yang diberikan Ahitofel adalah sama dengan petunjuk yang dimintakan dari pada Allah.” (2 Samuel 16:23)

Tapi, apakah cerita itu benar? Tentu saja tidak! Cerita tersebut tidak lain hanyalah kebohongan dan kejahatan dari para kami yang suka memalsukan kitab suci. Padahal kita semua tahu, bahwa Daud adalah seorang nabi utusan Tuhan, dan keluarganya termasuk orang-orang yang bersih dari semua kekejian yang dituduhkan.
Orang-orang Islam memahami Daud sebagai sosok yang amat taat dalam beribadah kepada Tuhan. (Q.S. Shad:17). Ia selalu bangun ditengah malam untuk bersujud kepada Allah, dan siangnya selalu berpuasa dengan berselang-seling, sehari puasa dan sehari tidak (Tafsir Ibnu Katsir halaman 49). Daud juga seorang pahlawan yang gagah berani (Q.S. Al-Baqarah:251), serta memiliki sifat arif dan bijaksana (Q.S. Shad:20).
Pribadi Daud yang sangat mulia itu tentunya menginspirasi dan mempengaruhi perilaku para anggota keluarganya dan para pengikutnya, untuk menjadi orang-orang yang rendah hati dan ikhlas dalam menjalankan perintah agama. Sehingga akal sehat kita tidak mungkin menerima bahwa Daud dan anggota keluarganya adalah orang-orang berhati busuk, sementara mereka ternyata mempunyai kemuliaan dan kedudukan yang baik disisi Allah.
Read More......

Melalui Tipu Daya Licik, Sang Kakak Memperkosa Adik Perempuannya

Cerita ini juga termasuk salah satu kisah yang sangat “malu-maluin” untuk dibaca. Kisah ini dimuat sangat panjang dalam 2 Samuel 13:1-22. Dikisahkan, ada seorang anak Daud, bernama Absalom yang mempunyai adik perempuan cantik bernama Tamar. Kebetulan, Tamar juga punya kakak laki-laki yang berasal dari lain ibu, namanya Amnon. Meskipun mereka bersaudara sebapak, ternyata Amnon punya kelainan seksual, ia malah lebih tertarik dengan adik perempuannya sendiri. Dengan kata lain, Amnon benar-benar jatuh cinta dan ingin memiliki Tamar.

Cuma yang jadi masalah adalah bagaimana caranya ia bisa berdekatan dengan Tamar? Lalu mulailah Amnon menyusun cara-cara licik untuk bisa menjerat Tamar. Ia berpura-pura sakit, dan memohon kepada ayahnya, Daud, agar menyuruh Tamar membuatkan makanan dan mengantarkannya langsung kedalam kamarnya. Anehnya, Daud tidak curiga apa-apa, dan malah dengan senang hati menyuruh Tamar agar mengantarkan makanan kedalam kamar Amnon yang sedang “sakit”.
Sesampainya di dalam kamar Amnon, Tamar mulai membuat makanan dan menghidangkannya kepada Amnon agar ia mau makan. Tetapi tiba-tiba Amnon memegang tangan gadis itu dan berkata :

"Marilah tidur dengan aku, adikku." (2 Samuel 13:11).

Atas ajakan tersebut, Tamar menolak dan berkata kepada Amnon :

"Tidak kakakku, jangan perkosa aku, sebab orang tidak berlaku seperti itu di Israel. Janganlah berbuat noda seperti itu.” (2 Samuel 13:12).

Meskipun menolak untuk ditidurin, anehnya Tamar masih memberikan kesempatan kepada Amnon, untuk bisa memiliki dirinya dengan cara meminta izin terlebih dahulu kepada ayah mereka, Daud. Tamar berkata :

“Oleh sebab itu, berbicaralah dengan raja, sebab ia tidak akan menolak memberikan aku kepadamu." (2 Samuel 13:13).

Coba anda pikir, adik macam apakah yang mau dinikahi oleh kakaknya sendiri? Tetapi ternyata Amnon keras kepala, ia tidak mau mendengarkan perkataan Tamar. Akhirnya, karena Amnon sudah tidak kuat lagi menahan nafsunya, diperkosalah Tamar, dan terjadilah perzinahan tersebut. (Lihat 2 Samuel 13:14)
Kabar diperkosanya Tamar oleh Amnon, sampai juga ke telinga Absalom, kakak kandung Tamar. Tapi anehnya, meskipun sakit hati, Absalom mendiamkan saja peristiwa itu berlalu sampai 2 tahun lamanya, hingga ia kemudian bersama para pengawalnya berhasil membunuh Amnon disuatu tempat (Lihat 2 Samuel 13:23-36). Setelah membunuh Amnon, Absalom kemudian melarikan diri, dan sembunyi dari orangtuanya, Daud.
Sementara itu, mendengar kematian Amnon, Daud selaku orangtuanya malah tidak menunjukkan “emosi” apapun, kecuali hanya bisa menangisi kematian anaknya, tanpa mengomentari kelakuan “bejat” si Amnon yang telah memperkosa adiknya sendiri.
Jadi, tidak ada pesan moral apapun yang dapat kita lihat dari cerita “aib” tersebut diatas. Para aktor pelakunya terkesan “santai-santai” saja menikmati perannya masing-masing. Seolah-olah perilaku tersebut telah dianggap sebagai sebuah kebiasaan yang tidak membutuhkan penilaian moral apapun, apalagi sanksi hukum.
Pertanyaannya adalah apakah cerita tersebut diatas benar? Tentu saja tidak! Cerita tersebut hanyalah akal-akalan dari para kami Alkitab yang ingin mencemarkan nama baik keluarga Daud, dengan menuduh mereka sebagai keluarga pezina yang pikirannya hanya tertuju pada hura-hura dan pemenuhan seksual belaka. Tujuannya akhirnya adalah mereka (para kami Alkitab) ingin mengobarkan api permusuhan antara Bani Israil dengan keluarga Nabi Daud, agar citra Nabi Daud dan keluarganya menjadi “rusak” dimata kaumnya, Bani Israil, sehingga Bani Israel tidak lagi menganggap Daud dan keluarganya sebagai pribadi yang pantas dijadikan teladan.
Read More......

Seorang Anak Memperkosa Ibunya Sendiri, Tapi Ayahnya Diam Saja

Ini adalah kisah yang menceritakan seorang anak tertua Yakub (Israel) bernama Ruben, telah melakukan perzinahan dengan ibunya sendiri.

Ini adalah kisah yang menceritakan seorang anak tertua Yakub (Israel) bernama Ruben, telah melakukan perzinahan dengan ibunya sendiri. Ceritanya dapat dibaca dalam Alkitab-Kejadian, berikut ini :
“Ketika Israel (Yakub) diam di negeri ini, terjadilah bahwa Ruben sampai tidur (berzina) dengan Bilha, gundik ayahnya, dan kedengaranlah hal itu kepada Israel.” (Kejadian 35:22)

Cerita tersebut diatas merupakan kelanjutan fitnah yang terus dilancarkan oleh para pembohong terhadap keluarga Yakub, yang digambarkan sebagai keluarga yang berlumur dengan kehinaan dan kemesuman.
Terlepas dari hal itu, adakah manfaat yang dapat dirasakan oleh para pembaca Alkitab setelah membaca kisah tersebut? Jika tidak ada, maka buat apa cerita tersebut harus dimasukkan kedalam Alkitab? Benarkah Firman Tuhan seperti itu? Benar-benar sangat memalukan!

Read More......

Suami Mengawini Dua Perempuan Adik-Kakak Sekaligus

Ini adalah kisah yang menceritakan Yakub (Israel) mengawini dua orang perempuan adik-kakak sekaligus dalam satu biduk rumah tangga.

Ceritanya dimulai ketika Yakub mengembara ke suatu daerah bernama negeri Bani Timur, dan berhenti manakala ia menemukan rumah pamannya bernama Laban. Kurang lebih selama sebulan, Yakub tinggal dirumah pamannya tersebut, bersama dua orang putri Laban, yang tertua bernama Lea dan si bungsu Rahel, sambil bekerja membantu kedua putri pamannya di peternakan kambing milik mereka.
Merasa tidak enak, pamannya lalu menawarkan kepada Yakub agar ia mau menerima upah dalam bentuk apa saja dari hasil kerjanya itu. Mendengar penawaran itu, Yakub senang sekali, dan akhirnya ia memilih untuk diberikan upah dalam bentuk : permintaan untuk bisa mengawini anak gadis Laban yang lebih cantik, bernama Rahel. Tapi sebelum bisa mengawini Rahel, Yakub terlebih dulu telah berjanji untuk memperpanjang kontrak, tinggal dan bekerja lebih lama lagi di rumah Laban, kurang lebih selama 7 tahun lamanya.
Permintaan Yakub diterima dengan senang hati oleh pamannya. Lalu akad nikah dan resepsi pernikahan pun segera dilangsungkan. Sampai saat itu Yakub belum bisa melihat wajah calon istrinya, hingga mereka masuk kedalam kamar pengantin.
Setelah keduanya masuk kedalam kamar pengantin, apa yang terjadi? Tiba-tiba Yakub terkejut saat menemukan wanita yang akan menjadi istrinya, ternyata bukan Rahel, tetapi Lea. Tapi apa boleh buat, karena sudah terlanjur, mereka berdua akhirnya “oke-oke” saja menjalani indahnya malam pertama.

“Pada waktu malam diambilnya Lea, …lalu dibawanya kepada Yakub. Maka Yakub pun menghampiri dia.” (Kejadian 29:23)

Meskipun demikian, karena merasa ditipu, pada pagi harinya Yakub menemui Laban, pamannya dan berkata sambil mengeluh :

“Apakah yang kau perbuat terhadap aku ini? Bukankah untuk mendapat Rahel aku bekerja padamu? Mengapa engkau menipu aku?” (Kejadian 29:25)

Laban menjawab :

"Tidak biasa orang berbuat demikian di tempat kami ini, mengawinkan adiknya terlebih dahulu dari pada kakaknya. Genapilah dahulu tujuh hari perkawinanmu dengan anakku ini; kemudian anakku yang lainpun akan kuberikan kepadamu sebagai upah, asal engkau bekerja pula padaku (selama) tujuh tahun lagi." (Kejadian 29:26-27)

Mendengar jawaban pamannya itu, Yakub hanya bisa pasrah dan mengalah. Tapi mungkin juga dalam hatinya senang, sebab sebentar lagi ia akan mendapatkan satu orang istri lagi, yakni Rahel. Dan akhirnya 7 (tujuh) hari kemudian, Yakub pun resmi mendapatkan tambahan satu istri lagi.

“Maka Yakub berbuat demikian; ia menggenapi ketujuh hari perkawinannya dengan Lea, kemudian Laban memberikan kepadanya Rahel, anaknya itu, menjadi isterinya.” (Kejadian 29:28)

Setelah membaca cerita tersebut diatas, keanehan apa yang bisa anda temukan? Tentu saja yang aneh adalah perilaku Yakub yang dengan mudahnya bisa mengawini dua perempuan kakak-beradik sekaligus dalam satu kali masa perkawinan, tanpa menceraikan salah satunya. Anehnya juga, Tuhan malah tidak mengutuk ataupun mengecam perbuatan Yakub tersebut. Padahal dalam Kitab Imamat, Tuhan justru secara tegas telah melarang seseorang memperistri dua orang perempuan adik-kakak dalam waktu bersamaan. Tuhan berfirman :

“Janganlah kau ambil seorang perempuan sebagai madu kakaknya untuk menyingkapkan auratnya disamping kakaknya, selama kakaknya itu masih hidup.” (Imamat 18:18)

Kami yakin, jika anda pembaca kitab suci yang tulus, maka anda tidak akan percaya begitu saja melihat gambaran buruk tentang Yakub yang ditulis secara semena-mena oleh para pendusta. Adapun Al-Qur’an menerangkan bahwa Yakub adalah seorang hamba Allah yang amat shaleh dan taat beribadah kepada-Nya. Semasa hidupnya, ia telah diberikan kepercayaan oleh Allah untuk mengemban wahyu dan kenabian. Akhlak dan kepribadiannya sangat dipuji oleh Allah, bahkan bapaknya juga amat disanjung-sanjung oleh Allah. (Q.S. Maryam:49-50 dan Q.S. Al-Anbiya:72-73)
Read More......